4 Ciri Kepemimpinan Inklusif

Membangun tenaga kerja yang beragam, mencegah talenta terbaik untuk keluar

Kepemimpinan inklusif membuka kemungkinan lahirnya talenta-talenta terbaik dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Tentu, inilah yang diinginkan oleh komunitas usaha manapun. Regenerasi sumber daya manusia yang berkelanjutan.

Pandemi Covid-19 menyadarkan bahwa sebuah organisasi membutuhkan strategi kepemimpinan yang fokus mengatasi tantangan seputar isu Keragaman, Kesetaraan dan Inklusivitas (Diversity, Equity & Inclusion/DEI). Membangun tenaga kerja yang beragam, mencegah talenta terbaik untuk keluar.

Cinnamon Clark, direktur Diversity, Equity & Inclusion (DEI) Services di perusahaan ternama di Amerika, McLean & Company, mengutip fastcompany.com, menyebutkan setidaknya ada 4 ciri kepemimpinan inklusif berupa perilaku yang biasanya diterapkan dalam keseharian, yaitu:

1. Memastikan Semua Orang Mendengar

Lingkungan kerja inklusif adalah tempat di mana setiap orang merasa bebas mengemukakan ide-ide baru yang dimilikinya. Tapi lingkungan itu juga sekaligus menjadi tempat di mana semua orang bersedia mendengarkannya. Terlepas dari siapa mereka, latar belakangnya, gelar yang disandangnya, atau jabatannya di organisasi.

Seorang pemimpin tidak hanya menetapkan target kinerja. Tapi mereka juga mengatur nada di seluruh perusahaan, untuk memastikan bahwa setiap orang didengarkan pendapatnya. Dan, ide terbaik diberikan setiap kesempatan untuk melihat masa depan yang lebih baik.

Kepemimpinan inklusif adalah mereka yang secara proaktif bekerja untuk memastikan setiap orang diberi kesempatan agar suaranya didengar, mengatasi hambatan, yang bisa jadi mencegah beberapa orang karyawan untuk angkat bicara.

2. Menciptakan Suasana Aman dan Nyaman untuk Tumbuhnya Ide-ide Baru

Lingkungan paling inklusif, sudah pasti merupakan yang paling inovatif. Alasannya, jika orang merasa aman untuk berbagi ide baru, mereka akan lebih cenderung untuk berbicara dan berkontribusi terhadap perusahaan.

Pemimpin inklusif mengidentifikasi berbagai peluang bagi setiap orang untuk berbagi ide. Mereka bertanggung jawab untuk menciptakan budaya internal yang sehat, di mana para karyawan didorong untuk melakukan diskusi terbuka dan jujur dengan cara berbagi, berdebat, dan bahkan menyatakan tidak setuju.

Dengan menghormati berbagai pandangan, seorang pemimpin bisa dengan efektif membangun kepercayaan.

3. Memberi Kewenangan Anggota Tim untuk Mengambil Keputusan

Menjalankan ide bagus dengan memanfaatkan kekuatan tim adalah satu hal. Memberi anggota tim kekuatan untuk mengubah ide-ide mereka menjadi hasil yang konkret bagi organisasi adalah hal yang lain.

Meski terdapat keragaman yang lebih besar di antara para karyawan perusahaan, tapi sebagian besar otoritas pengambilan keputusan tetap harus berada pada kelompok pemimpin tertentu, yang tentu saja tidak boleh beragam.

Inklusif adalah tempat di mana setiap orang, di tingkat mana pun, diakui sebagai kontributor nilai tambah bagi kesuksesan organisasi.

Pemimpin inklusif selalu mencari cara untuk memberdayakan orang-orang yang memiliki ide. Memberikan tantangan kepada mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka identifikasi.

Pemimpin inklusif dengan bebas mendelegasikan tanggung jawab, dengan tetap membimbing anggota tim untuk mengembangkan keterampilan mereka.

4. Memberi Penghargaan untuk Keberhasilan

Jika Anda menciptakan lingkungan di mana mereka merasa aman untuk melangkah maju, dan Anda memberi mereka otoritas untuk membuat keputusan, logis dan adil sepertinya untuk memberi penghargaan bagi kesuksesan mereka.

Pemimpin inklusif dapat menunjukkan bahwa semua orang berkontribusi. Ia juga bisa menjelaskan bagaimana setiap kontribusi itu menghasilkan kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.

Dengan melakukan ini, seorang pemimpin menunjukkan kerendahan hati sekaligus menumbuhkan tingkat kepercayaan, yang pada akhirnya mendorong keterlibatan semua karyawan yang lebih dalam lagi.

Menghadapi pandemi Covid-19, yang belum pasti kapan berakhirnya, lingkungan inklusif di perusahaan menjadi sangat dibutuhkan, tapi bukan sekadar slogan. Ini adalah mesin kinerja yang harus menjadi pilar dalam strategi kepemimpinan ke depan.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...