Yacouba Sawadogo: Lelaki yang Menghentikan Gurun

Ia melakukan upaya menyelamatkan bumi di tempat tinggalnya

Banjir di Kalimantan Selatan belum lama ini, menyadarkan banyak orang betapa penting pepohonan, lebih tepatnya hutan. Ketika hutan rusak, gundul, karena kepentingan apapun, akibat buruknya untuk semua makhluk, termasuk manusia.

Semestinya kita bersyukur dianugerahi hutan alam yang luas. Bersyukur dengan cara menjaganya. Bayangkan, jika hutan gundul, kemudian hujan berkurang, tanah pun mengering, menjadi gurun, lalu orang-orang kesulitan menanam bahan pangan. Kelaparan.

Ini juga yang dikhawatirkan Yacouba Sawadogo di kampungnya, Burkina Faso Afrika Barat. Kekeringan. Tapi Yacouba tidak diam. Ia melakukan upaya menyelamatkan bumi di tempat tinggalnya. Meski harus bertaruh selama tiga puluhan tahun. Nyaris sendirian. Ditentang banyak orang, hingga dianggap kurang waras. Tapi akhirnya dia mampu membuktikan keyakinannya itu.

Nyaris sendiri menghentikan peng-gurun-an

Yacouba dikenal di seluruh dunia karena upayanya meregenerasi tanah untuk menghentikan peng-gurun-an atau kekeringan akut di kampung halamannya. Kisahnya diabadikan dalam film dokumenter dengan judul ‘The Man Who Stopped the Desert’.

Lelaki itu lahir di Burkina Faso, Afrika Barat tahun 1946. Ia merasakan langsung betapa krisis iklim telah menyebabkan kerusakan lahan dan mengubahnya menjadi gurun. Hujan menjadi semakin tidak teratur, ia dan penduduk lainnya kekurangan air untuk minum, untuk bercocok tanam dan untuk memasak.

Tanah menjadi tandus dan tidak subur lagi. Sehingga tidak mungkin bagi mereka menanam tanaman yang cukup untuk sumber pangan mereka sendiri.

Suatu hari, Yacouba mencoba meregenerasi tanah, membuatnya hijau kembali dan mampu menopang kehidupan mereka, sekali lagi. Ia dikenal di seluruh dunia karena inovasinya.

Kini Yacouba diminta terlibat dalam sebuah proyek bernama Tree Aid di Burkina Faso yang membantu orang lain untuk meregenerasi tanah mereka yang tidak subur lagi.

Teknik Kuno

Teknik regenerasi tanah itu bernama Zai, sebuah teknik pertanian kuno yang sudah digunakan di Burkina Faso. Caranya, dengan menggali lubang pada tanah, membiarkan air mengalir masuk.

Teknik ini sudah berhasil sebelum-sebelumnya, tapi Yacouba membuatnya semakin berhasil.

Yacouba mulai membuat lubang lebih besar dan lebih dalam dari biasanya, ia menambahkan kotoran ke dalam lubang, ini agar memungkinkan lebih banyak air disimpan, sekaligus juga meningkatkan nutrisi pada tanah.

Yacouba Sawadogo (Foto: treeaid.org)

Ia juga menambahkan pematang batu di sekitar tanaman dan lubang tanam. Sebelumnya di musim hujan air akan mengalir begitu saja tanpa terserap, bahkan menyebabkan erosi. Dengan menambah pematang batu, Yacouba menjebak air sehingga perlahan-lahan menetes ke dalam tanah dan menyerapnya. Upaya ini juga menghentikan hilangnya lapisan tanah bagian atas.

Inovasi Yacouba tidak berhenti sampai sini. Ia juga menambahkan rayap ke dalam lubang. Rayap membantu Yacouba dalam perjuangannya memulihkan kesuburan tanah.

Dengan memecah tanah dan memberikan lebih banyak nutrisi, rayap membantu penanaman pohon dan tanaman. Teknik inilah yang kemudian membuatnya terkenal di seluruh dunia.

Pertaruhannya terbayar sudah. Ia berhasil membuat tanah kembali subur, yang artinya orang-orang tak lagi kelaparan.

Setelah itu, banyak peneliti datang dari seluruh dunia untuk mempelajari metode Yacouba dalam memulihkan hutan dan lahan. Dia sangat dihormati di komunitas ilmiah, para peneliti memujinya karena berhasil menjawab pertanyaan: bagaimana menghentikan gurun?

Yacouba diganjar penghargaan the Right Livelihood Award pada tahun 2018, hadiah Nobel alternatif di Stockholm, Swedia.

Inovasi Yacouba telah membantu banyak petani mempelajari cara memulihkan lahan hampir di seluruh lahan kering Afrika, yang memungkinkan mereka untuk keluar dari kemiskinan dan melindungi lingkungan.

Ia sendiri sekarang memiliki hutan seluas 12 hektare, yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan dipenuhi spesies unik. Dengan menanam pohon, ia juga melindungi satwa liar dan memastikan masa depan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

“Pohon memiliki peran yang sangat penting bagi alam, mereka membuat hujan turun dan kita bisa menggunakannya untuk hal-hal lain. Tanpa hutan, banyak hewan dan spesies akan hilang,” kata Yacouba Sawadogo.

Dari Anas bin Malik Ra, Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman itu dimakan burung, manusia atau binatang, melainkan menjadi sedekah baginya,” (HR Bukhari).

Tanpa banyak bicara, Yacouba mengamalkan hadis Nabi Saw di atas dengan tindakan dan keyakinan.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...