Tidak ada nikmat yang paling besar nilainya dalam kehidupan melebihi nikmat iman dan islam. Tidak ada artinya hidup tanpa iman dan islam, iman dan islam adalah segala galanya.
“Iman” itu fluktuatif, naik turun. sedangkan “yakin” itu tidak pernah menurun tapi terus bertambah. Nah kita bertarekat itu untuk menguatkan keyakinan, sehingga dengan bertarekat iman kita semakin kokoh dan keyakinan semakin bertambah.
Tarekat itu pengamalan dari ihsan, untuk lebih mengenal dan makrifat kepada Allah sehingga mampu melihat Tuhan dengan bashirah (musyahadah) atau minimal kita merasa diperhatikan oleh Allah (muraqabah).
Bertarekat itu agar bagaimana beribadah kita kepada Allah tidak kosong, ibarat orang memanah tidak hanya sekedar melepaskan busur namun sararannya jelas.
Orang yang sudah merasa dekat dengan Allah, dia tidak ingin jauh. Karena kalau orang sudah dekat dengan Allah, ketika jauh dari Allah itu akan tersiksa.
Seorang sufi ditanya, “apa yang paling membuat Anda tersiksa dalam kehidupan?” Sang sufi menjawab, “ketika saya merasa tidak ingat kepada Allah, merasa jauh dari Allah, itulah merupakan siksaan terbesar.”
Allah sudah memberikan segala-galanya kepada kita; kita diciptakan dalam bentuk fi ahsani taqwim, diberi hati, iman, islam, akal, kesehatan dan seterusnya. Itu merupakan anugerah luar biasa. Pertanyaannya apa balasan kita kepada Allah?
Maka kita bertarekat dalam rangka memberikan apa yang kita punya untuk Allah; memberi waktu kita untuk Allah, memberi hidup kita untuk Allah, memberi nafas kita untuk Allah.