Guru dan murid sudah sepatutnya ada kedekatan. Namun apakah kedekatan itu dalam pengertian dekat secara jarak dan tempat atau justru ada hal lain yang menjadi ukuran. Apakah mereka yang sering sowan atau berziarah kepada guru adalah mereka yang dekat dengan gurunya atau seperti apa?
Dalam satu kesempatan, Syekh Ali Jum’ah mengatakan bahwa dekat ataupun jauh (secara fisik) dari guru itu sebenarnya sama saja. Mufti Besar Mesir ini mengutip pengajaran dari Allah Swt melalui Rasul-nya.
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ
Kondisi seorang hamba paling dekat dengan Tuhan-nya ialah pada saat ia bersujud. (HR. Muslim).
Dari hadits tersebut bisa diperoleh pengertian, bahwa kedekatan itu soal keadaan bukan jarak yang dekat secara fisik. Bukan berapa meter jarak kita dari guru kita. Inilah sebabnya dekat dengan guru bisa kapan saja walaupun seandainya secara fisik guru Mursyid itu telah wafat. Karena kedekatan yang hakiki antara murid dengan guru ialah adanya kedekatan qalbu.
Syekh ali Jum’ah bercerita, bahwa guru-gurunya di masa lalu berkata “jadikanlah qalbumu dekat dengan qalbu sebagian kalian yang lain. Karena jarak bisa saling menjauhkan kalian. Maka ruh-ruh kalian lah yang akan bertemu”.
Maka jika Anda menginginkan adanya kedekatan dengan guru, Syekh Ali Jum’ah, berpesan untuk selalau menjadikan qalbu Anda bersama dengan qalbu guru Anda. Sehingga dekat dan jauhnya Anda dari guru, ditentukan oleh qalbu Anda sendiri. Inilah kedekatan ruhani yang prosesnya biasanya diawali melalui talqin dari qalbu seorang guru kepada qalbu muridnya.