Mengasuh dan mendidik anak agar menjadi pribadi yang disukai Allah dan menjadi kebanggaan orang tua bukan hal yang sederhana.
Bekal pengetahuan dan pengalaman orang tua bisa dibilang tak cukup untuk menerapkan pola pendidikan dan pengasuhan yang sehat. Karena sering kali ditemukan di lapangan bahwa tingkat kecerdasan intelektual seseorang tak berbanding lurus dengan kecerdasan emosional ataupun kecerdasan spiritualnya.
Mungkin secara teori sudah tahu bahwa anak itu mesti dicintai seutuhnya, menerima kekurangan anak serta mendukung potensinya. Tapi entah mengapa kok sering kali kesulitan untuk menahan amarah pada anak.
Sehingga tak jarang apa yang dilontarkan pada anak bukan yang semestinya diucapkan, sehingga penyesalan yang muncul kemudian.
Padahal, orang tua sudah semestinya memastikan proses pengasuhan anak berjalan aman dan nyaman. Sehingga anak terhindar dari pola pengasuhan yang bisa berakibat buruk bagi psikologis anak.
Lalu bagaimana tips agar orang tua bisa menahan amarah?
1. Perbanyak Dzikir
Mengingat Allah bisa menenangkan qalbu seseorang. Ayah bunda perlu banyak berdzikir dalam sehari-hari. Dzikir dalam arti menyebut asma Allah atau mengingat-Nya. Mengaitkan segala sesuatu kepada Allah juga bisa disebut dzikir. Sempatkanlah bergabung dengan majelis dzikir dan ilmu.

Misalnya ingat bahwa anak adalah amanah dari Allah. Ingat bahwa segala sesuatu tidak terjadi kecuali atas izin Allah. Menyadari bahwa Allah Maha Melihat dan Mengawasi setiap proses pengasuhan anak dalam keluarga. Ingat juga perbuatan dan ucapan seperti apa yang Allah sukai.
2. Kenali Diri
Mengenal diri itu bukan hanya berarti mengenal apa yang menjadi kesukaan dan ketidak sukaannya. Tapi lebih untuk mengenal diri manusia yang hakiki. Tanpa mengenal diri orang sulit untuk bahagia. Jika sulit bahagia, maka akan mudah emosi.

Diri manusia itu terdiri dari unsur rohani dan jasmani. Namun diri yang hakiki ialah ruh yang ada dalam tubuh fisik biologis (basyar). Ketika tubuh jasmani ini memerlukan asupan gizi, sejatinya ruh pun demikian.
Ruh yang tidak mendapat perhatian akan menyebabkan goncangan kejiwaan pada seseorang. Ruh yang pusatnya di qalbu perlu terus dibersihkan dan disambungkan kepada Allah melalui dzikir. Itu semua dilakukan agar manusia mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
3. Latihan Mengontrol Diri
Untuk bisa mengontrol diri, seseorang perlu memahami bahwa dalam diri manusia itu ada potensi hawa nafsu. Jika hawa nafsu ini selalu diperturutkan akan membuat seseorang mengabaikan yang penting dan berbuat sesuatu yang buruk serta merugikan.

Lalu, sadari juga ada setan yang bisa menyelinap di dalam qalbu seseorang. Setan dan hawa nafsu ini akan mendorong seseorang untuk melampiaskan emosi tanpa pikir panjang dan memikirkan apa akibat buruk setelahnya. Mungkin awalnya setelah marah-marah merasa puas, tapi setelah beberapa saat hanya bisa menyesal.
4. Pahami Dampak Buruknya
Saat marah tak jarang ucapan, mimik wajah, ekspresi, volume suara bisa menyeramkan. Ini bisa membuat anak ketakutan, depresi dan merasa tidak aman.

Membentak dan berteriak pada anak justru membuat anak bisa jadi lebih agresif secara fisik dan verbal. Anak juga bisa tumbuh jadi pribadi yang tidak percaya diri. Tidak memiliki inisiatif karena lebih baik mencari comfort zone daripada nanti dimarahi. Anak yang sering dimarahi juga bisa tumbuh jadi pemberontak, egois dan keras kepala. Bahkan anak cenderung akan jadi pemarah.
5. Cek Pemicu Amarah
Orang tua yang mudah marah, perlu mengecek apa saja hal yang bisa memicu amarahnya muncul. Lihatlah hal-hal apa saja yang normal dan tidak normal sehingga memicu amarah.

Entah itu pola asuh orang tua di masa lalu yang berdampak pada pola asuh saat ini, atau misalnya hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan. Selesaikan dahulu hal yang bisa memicu amarah.
Lalu cek proses berpikir ini sebelum marah. Pertama, apakah benar anak melakukan kesalahan, apakah itu sengaja atau tidak, apakah itu karena ketidaktahuan atau karena minimnya pemahaman anak. Lalu, apa benar sudah waktunya saya marah? Apakah waktu dan tempatnya sudah pas untuk marah? Jika sudah sepatutnya marah, selanjutnya, seberapa besar saya mesti marah? Pikirkan juga apakah dampak dan efek jika saya marah pada anak? Sikap dan kata-kata apa yang tepat ketika saya marah pada anak?
6. Perbanyak Wudhu
Nabi Muhammad Saw mengingatkan jika marah rubah posisi. Jika berdiri maka duduk, jika duduk maka berbaring. Perubahan ini dinilai signifikan untuk meredam emosi berlebihan.

Beliau juga mengajarkan bahwa amarah itu dari setan, setan terbuat dari api. Api bisa padam dengan air, maka padamkanlah kemarahan dengan air wudhu dilanjutkan dengan shalat.
Menahan amarah adalah salah satu sikap ciri orang yang bertaqwa. Hanya orang kuat yang mampu menahan amarah. Orang yang tidak menyadari bahwa dirinya berkualitas tinggi dan mahal akan mudah marah. Sehingga persepsi akan diri akan menentukan sikap yang diambil seseorang.
Namun yang paling ampuh ialah dengan mengingat Allah. Hal ini banyak dilatihkan oleh mereka yang biasa menempuh jalan (tarekat) dengan mengamalkan wirid untuk menjaga kebersihan hati serta membentengi diri dari dorongan hawa nafsu dan setan. Sehingga hatinya lebih damai, lebih tenang dan bisa berpikir lebih jernih dan sehat.