Tidak Ada Tempat bagi Rasialisme dalam Islam
Amerika, negeri kampium demokrasi itu, kini kembali dirundung masalah rasialisme
Amerika, negeri kampium demokrasi itu, kini kembali dirundung masalah rasialisme. Demonstrasi mengguncang sekitar 30 negara bagian di Amerika Serikat setelah George Floyd, pria Afro-Amerika tewas ditekuk lehernya oleh polisi berkulit putih. Para demonstran menganggap kematian Floyd adalah bentuk kekerasan berlatar belakang rasial.
Selain di Amerika, kematian Floyd memicu protes di sejumlah negara seperti Jerman, Italia, Kanada hingga Irlandia. Di Indonesia protes juga mencuat meski tak sampai turun ke jalanan. Protes dilakukan melalui sosial media.
Kejadian bermula ketika Floyd (46 tahun) membeli rokok di sebuah toko kelontong di Minneapolis, negara bagian Minnesota, pada 25 Mei lalu. Penjaga toko melaporkan ke polisi bahwa uang Floyd diduga palsu. Polisi pun lalu menangkap Floyd di sekitar toko.
Seorang polisi kulit putih bernama Derek Chauvin lalu menindih leher Floyd dengan lutut. Floyd berteriak, “Aku tidak bisa bernapas” dan meminta tolong. Ketika mau dibawa ke mobil polisi Floyd sudah tak bergerak lagi.
Tak lama, nadinya berhenti. Ia dilarikan ke rumah sakit tapi sayang nyawanya tak tertolong. Celakanya, peristiwa itu terekam kamera dan tersebar di berbagai media sosial.
Setelah diautopsi Floyd dinyatakan telah meninggal sebelum dibawa ke rumah sakit. Keluarga pun menyimpulkan, pria itu terbunuh. Maka selanjutnya, mencuatlah kembali isu rasialisme kulit hitam dan kulit putih di Amerika.