Syekh Yusuf al-Makassari, Syiar Melintas Benua
Ia justru diberi gelar pahlawan oleh pemerintah Afrika Selatan pada tahun 2005
Syekh Yusuf al-Makassari tak saja diakui sebagai ulama besar di tanah kelahirannya, Goa Makassar, namun juga di benua lain seperti Afrika Selatan. Di benua hitam itu, ia justru diberi gelar pahlawan oleh pemerintah Afrika Selatan pada tahun 2005.
Tokoh bergelar ‘Tuanta Salamaka’ ini sebetulnya terpaksa melintas benua karena ia diasingkan oleh Belanda. Awalnya ia diasingkan ke Ceylon atau Srilangka waktu itu, tapi karena di ia tetap aktif bersyiar Islam dan malah banyak pengikutnya di negeri itu, ia diasingkan lebih jauh lagi ke Afrika Selatan. Tapi siapa sangka, di sana ia juga tak berhenti bersyiar Islam serta berjuang bersama rakyat kecil. Namanya pun harum.
Hingga kini, bagi warga Cape Town, Afrika Selatan, Syekh Yusuf dianggap sebagai peletak dasar hadirnya komunitas Muslim di negara itu. Ia tidak saja dianggap sebagai ulama besar, namun juga sebagai bapak bangsa Afrika Selatan karena perjuangannya menentang penindasan dan perbedaan warna kulit di Afrika Selatan.
Di Indonesia, Syekh Yusuf mendapat gelar pahlawan nasional karena kegigihannya melawan kolonialisme Belanda, terutama saat ia menjadi mufti atau penasihat agama pada Kesultanan Banten ketika dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.
Syekh Yusuf dan para pengikutnya dari Gowa, dianggap memiliki andil besar membantu kesultanan Banten dalam melawan penjajah. Tuduhan itu pula yang kemudian membuat dirinya diasingkan ke Srilangka, dan pengikutnya dipulangkan ke Gowa.
Menurut Lontara warisan kerajaan kembar Gowa dan Tallo, Syekh Yusuf lahir pada 3 Juli 1628. Riwayat penetapan tanggal lahirnya telah menjadi riwayat tradisi lisan masyarakat Sulawesi Selatan.