Syekh Ni’matullah Wali: Sufi yang Tetap Bertani

Seorang sufi adalah yang memperbanyak mengingat Allah

Menjadi seorang sufi tidak harus menjadi berbeda dengan kebanyakan orang. Seorang sufi justru harus bisa menjaga keseimbangan antara beribadah kepada Allah dan bekerja.

Sufi tetap bisa menjadi pekerja atau karyawan, direktur, manajer, yang berpenampilan sebagaimana layaknya profesi-profesi tersebut. Seorang sufi adalah yang memperbanyak mengingat Allah.

Begitulah kira-kira iktibar yang bisa diambil dari kehidupan seorang sufi abad ke-14 dan 15, Syekh Ni’matullah Wali. Syekh menekankan kepada para muridnya agar menggunakan tenaga yang dimilikinya untuk bekerja.

Ia sendiri adalah seorang petani yang setiap hari mengelola lahan pertaniannya. Meski menjadi seorang guru tarekat, Syekh tak lantas meninggalkan profesinya sebagai seorang petani.

Syekh juga meminta murid-muridnya agar tetap bergaul di tengah masyarakat serta turut menangani berbagai persoalan sosial. Ia bahkan melarang mereka mengenakan pakaian khusus yang membedakannya dengan kebanyakan masyarakat.

“Penghambaan terbaik kepada Sang Khalik dapat dilakukan dengan berkhidmat kepada sesama,” demikian katanya.

Di luar Iran Syekh Ni’matullah Wali mungkin tidak begitu dikenal. Namun di Iran, nama Syekh dan aliran tarekatnya begitu masyhur. Selain guru tarekat, Syekh juga seorang pujangga atau penyair. Ia sangat dihormati dan dikagumi oleh para pengikutnya. Ia pendiri Tarekat Nikmatullahi yang saat ini banyak berkembang di India dan beberapa negara Eropa.

Syekh Ni’matullah lahir di Aleppo, Suriah. Namun ada juga sejarawan yang memperkirakan kelahirannya di Kerman, Iran. Nama lengkapnya Sayyid Nuruddin Nikmatullah bin Abdillah bin Muhammad. Nasabnya bersambung hingga ke Nabi Muhammad Saw pada ketitunan ke-19.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...