Selain Ramadhan, Beramal Di Bulan Ini Juga Berlipat Ganda
Bagaimana amalan ringan dan remeh Allah bisa balas dengan balasan berlipat ganda
JAKARTA – Bulan Syawal 1440 H sudah berlalu, perasaan rindu terhadap bulan Ramadhan masih membekas. Bagaimana amalan ringan dan remeh Allah bisa balas dengan balasan berlipat ganda.
Banyak yang berharap bertemu bulan Ramadhan bisa jadi karena suasana batin yang sulit ditemukan di luar Ramadhan ataupun karena banjirnya diskon ganjaran dan pintu surga yang dibuka selebar-lebarnya. Optimisme dan harapan akan diampuni dosa begitu memuncak, serasa bayi yang baru lahir kembali.
Kini kita sudah memasuki bulan Dzulqa’dah, bulan ke sebelas dalam kalender hijriah. Jarang yang tahu bahwa amalan di bulan Dzulqa’dah juga dilipatgandakan ganjarannya, baik itu amal shaleh (baik) ataupun sebaliknya atau amal yang tidak baik.
Dosa yang dilakukan pada bulan ini bisa menjadi lebih besar, dan juga sebaliknya pahala pun diganjar lebih besar jika kita beramal shalih. Karena Allah mengkhususkan empat bulan yakni sebagai bulan haram (dianggap sebagai bulan suci).
Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa. (Surat At-Taubah, Ayat 36).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah dijelaskan bahwa bulan-bulan haram yang dimaksud ialah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Pada bulan tersebut dilarang untuk bermaksiat dan mendzalimi diri sendiri, berperang dan membunuh. Bahkan dosa dan pahala akan menjadi lebih besar ganjarannya.
Dalam tafsir As Sa’di juga dijelaskan bahwa larangan tersebut berlaku untuk setiap bulan namun, lebih ditekankan keharamannya pada bulan haram.
Bulan dalam kalender hijriah memang biasa dinamai sesuai situasi dan kondisi pada saat itu. Secara bahasa Dzulqa’dah terdiri dari dua kata ‘dzul’, artinya: sesuatu yang memiliki dan ‘al qa’dah’, berarti tempat yang diduduki.
Karena pada bulan tersebut, kebiasaan masyarakat arab ‘duduk’ dalam arti tidak bepergian di daerahnya dan tidak melakukan perjalanan atau peperangan (al-Mu’jam al-Wasith). Bulan ini bukan kita artikan untuk banyak duduk, tapi agar kita lebih giat lagi berbuat baik sebab bulan ini mendapat kemuliaan dari Allah Swt.