Sejumlah Restoran Berbagi Pengalaman Beradaptasi dengan Pandemi

Hampir semua usaha restoran di dunia berjalan kelimpungan akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir.

Mereka telah banyak melakukan terobosan untuk tetap bertahan hidup tanpa harus mengorbankan kesehatan dan keselamatan karyawan dan pelanggannya.

Dikutip dari chapelhillmagazine.com, di negara bagian North Carolina Amerika Serikat, hampir semua restoran bernasib sama dengan yang dialami di berbagai belahan dunia dunia, seperti juga di Indonesia. Sudah 6 bulan mereka bertahan, sejak kasus korona pertama diidentifikasi di negara itu.

Ketika kasus korona melonjak, sebagian besar restoran di sana menghadapi sulitnya kembali melayani pelanggan mereka.

Namun, demi mempertahankan bisnis agar tetap hidup beberapa restoran telah dibuka kembali dengan sangat hati-hati. Sementara yang lain masih mempertimbangkan.

Mereka semua setuju, ini adalah dunia yang sama sekali baru, dan untuk bertahan hidup berarti mereka harus benar-benar kreatif.

Berbagai Eksperimen Adaptasi

Ketika para pelanggan restoran diminta untuk tetap tinggal di rumah, sejumlah restoran dipaksa harus mengambil keputusan cepat, jika bisnisnya mau tetap bertahan. Mereka, suka atau tidak suka, harus mengubah atau menata ulang seluruh model bisnisnya. Tentu saja dengan berbagai eksperimen.

Restoran bernama COPA di kota Durham misalnya, mengubah semua sistem penjualannya ketika pembatasan sosial diberlakukan. Mereka beralih ke sistem take away dan delivery order.

“Kami tidak tutup sepenuhnya,” kata sang pemilik, Elizabeth Turnbull. Restorannya tetap menerima pesanan secara online.

Tapi bagi restoran lain seperti Hillsborough’s Radius, sistem penjualan online tidak sepenuhnya menguntungkan. Mereka pernah mencoba di awal pandemi, tetapi menurut mereka delivery order adalah opsi yang rumit dan mahal.

“Kami tidak memiliki tenaga yang cukup untuk pengiriman,” kata salah seorang pemilik.

Sejak saat itu, mereka bertahan dengan sistem take away sambil tetap membuka teras di luar ruangan. Sistem ini terbukti lebih baik.

Restoran lain, seperti restoran barbekyu Big Belly Que, malah lebih memilih untuk mengurangi jam kerja, dan untuk sementara berhenti menawarkan sebagian menu barbekyu-nya.

Namun alih-alih beralih ke makanan kemasan sebagaimana dilakukan restoran lain, restoran ini justru menawarkan untuk mengantar makanan di lingkungan sekitar yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Berbeda lagi dengan Kaleb Harrell, CEO sebuah restoran makanan Asia bernama Hawkers, menurutnya berpikir di luar kotak adalah kuncinya.

Saat gelombang pandemi datang mereka malah membuka restoran di lokasi baru, padahal pembatasan sosial mulai diberlakukan pada bulan Maret 2020.

“Ternyata kami berhasil,” kata Kaleb.

“Kami tetap memprioritaskan keamanan daripada keuntungan. Saya pikir nanti makan di restoran akan kembali normal, tetapi sampai saat ini kami perlu menemukan cara-cara untuk tetap berbisnis,” lanjutnya.

Beda lagi dengan keputusan yang diambil pemilik restoran di Durham bernama Pete Susca, yang terpaksa harus memberhentikan sekitar 30 karyawannya.

“Itu adalah hal tersulit yang pernah saya lakukan,” katanya.

Sementara itu, Tre Tapp seorang pemilik Chicken Hut, oleh orang tuanya sudah ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap masyarakat sejak muda. Karena itu, saat sekolah-sekolah ditutup ia mencoba berbagai alternatif untuk bertahan.

Di sisi lain, ia juga bermitra dengan sebuah lembaga sosial Healthy Start Academy untuk memberikan makanan gratis kepada anak-anak setempat.

“Kita harus melakukan sesuatu,” kata Tre menjelaskan. “Akhir pekan pertama setelah penutupan, kami membagikan 900 makanan.”

Dia sekarang memperkirakan restoran tersebut menyumbangkan sekitar 500 makanan setiap minggu dan dia mengatakan tidak berencana untuk berhenti.

Mengubah Rencana

Membuka restoran atau cabang baru di waktu normal memang pekerjaan berat, tapi di masa pandemi itu hampir mustahil untuk dilakukan.

Annie Johnston, pemilik resto La Vita Dolce di Chapel Hill, sebetulnya sedang bersiap-siap untuk membuka restoran baru. Pandemi memperlambat segalanya.

“Terkadang alam semesta memiliki rencana lain, dan hal terbaik yang dapat saya lakukan adalah menerimanya, beradaptasi, dan menemukan cara baru untuk menciptakan pengalaman luar biasa bagi semua orang,” kata Annie.

Berharap dari Masyarakat Lokal

Dalam situasi pandemi, para pelaku usaha restoran berharap dukungan dari masyarakat lokal.

“Seumur hidup, saya belum pernah melihat yang seperti ini,” kata Tre dari Chicken Hut, restoran tertua di Durham. “Dibutuhkan komunitas lokal untuk menjaga agar semua bisnis kecil ini terus berjalan.”

“Saya berharap pelanggan benar-benar mendukung bisnis makanan lokal yang kami miliki di sini, karena kami tidak memiliki jaringan pelanggan lain. Kami tidak akan berhasil jika orang-orang tidak datang kepada kami,” keluh Eleanor dari Big Belly Que.

“Sekarang, restoran-restoran mungkin tidak menghasilkan keuntungan, tapi dukungan dari masyarakat lokal sangat membantu membantu agar lampu mereka tetap menyala. Bahkan, hanya mampu membayar tagihan listrik saja bisa terasa seperti kemenangan,” kata Elizabeth dari COPA.

Menjaga keyakinan, tetap bekerja keras, serta adanya kepercayaan serta dukungan dari komunitas masyarakat lokal adalah kombinasi kunci agar restoran, khususnya restoran kecil, tetap bertahan di tengah pandemi.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...