Jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai lebih dari 196,7 juta. Sementara total penduduk Indonesia saat ini sekitar 270,20 juta jiwa.
Penggunaan internet yang masif tersebut, otomatis meningkatkan minat masyarakat Indonesia untuk melakukan belanja secara online. Terlebih di masa pandemi yang banyak aturan pembatasan belanja di luar.
Terkait peningkatan aktivitas masyarakat untuk berbelanja online, Dr. Megawati Simanjuntak dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB University beserta sejumlah mahasiswa melakukan analisis tentang seberapa penting ulasan bagi konsumen sebelum mereka.
Dari survei yang dilakukan terhadap 300 responden, ternyata konsumen lebih memilih ulasan sebagai informasi utama dan lebih dipercaya ketimbang deskripsi yang disampaikan oleh penjual.
Salah seorang konsumen mengatakan, alasan memilih ulasan sebagai sumber informasi utama karena ulasan tersebut dibuat oleh konsumen.
“Konsumen itu kan orang yang mempunyai pengalaman melakukan pembelian terhadap produk, sehingga dia mengalami, melihat, dan merasakan sendiri produk yang dibeli,” kata seorang konsumen yang disurvei.
Sementara, lanjut dia, penjual merupakan pelaku usaha yang memberikan deskripsi terhadap produk yang dia jual. Bisa jadi, ada oknum penjual yang sengaja melakukan kebohongan terhadap deskripsi produk yang dijualnya.
Dr. Mega menjelaskan, meski konsumen menyatakan bahwa keputusan membeli barang dipengaruhi oleh informasi ulasan, tapi di sisi lain hasil survei juga menunjukkan banyaknya konsumen yang enggan memberikan ulasan detail.
“Ternyata masih cukup banyak konsumen yang jarang memberikan ulasan dan malas memberikan ulasan secara detail,” ujar Dr. Mega, sebagaimana dilansir ipb.ac.id.
Survei tersebut dilakukan sebagai Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Riset Sosial Humaniora (PKM RSH) yang didanai pemerintah.
Tim University juga menganalisis lebih lanjut terhadap 900 sampel ulasan konsumen dari tiga e-commerce besar di Indonesia.
Hasil analisis menunjukkan, sebagian besar pemberi ulasan tidak mencantumkan identitas yang jelas seperti foto dan nama akun.
Kemudian, ulasan dalam bentuk foto maupun video produk yang tidak sesuai dengan produk yang dibelinya, bahasa yang digunakan tidak bisa dipahami, serta rating yang tidak sesuai dengan ulasan yang diberikan. Bahkan, beberapa ulasan hanya berisi emoji dan kata yang sama secara berulang.
“Memberi informasi yang benar, jelas, dan jujur bukan hanya kewajiban penjual saja. Tapi, saat ini sudah menjadi kewajiban konsumen dalam memberikan informasi produk yang sudah dibeli,” kata Dr. Mega.
Lebih lanjut, pakar ilmu konsumen IPB University ini memberikan sejumlah tips dalam memberi ulasan. Antara lain mencantumkan identitas akun yang benar seperti nama asli dan foto asli; memberikan ulasan dengan jujur berdasarkan pengalaman terkait produk dan pelayanan penjual dengan bahasa yang singkat, padat, jelas serta dapat pahami.
“Berikan penilaian atau ulasan disertai dengan penggunaan foto dan video yang sesuai dengan produk yang dibeli,” ujarnya.
Konsumen juga diminta untuk memperlihatkan produk dari sudut-sudut yang berbeda untuk membantu konsumen lain mendapatkan gambaran produk yang lebih jelas.
Namun ia juga meminta konsumen untuk menghindari memberikan ulasan yang tidak pantas. Misalnya, menggunakan kata-kata kasar atau tidak sopan, menyinggung SARA atau menggunakan kata yang sama secara berulang. Terakhir, pihaknya mendorong konsumen untuk memberikan rating yang sesuai.
#ecommerce #belanjaonline #pandemi