Sadarnya Abu Nawas dan Transformasi Akhlak
Abu Nawas bertaubat secara total dan menjadi salah satu ulama sufi
Ada sebuah kisah dari seorang tokoh sufi terkenal yang lebih sering dikenal dengan Abu Nawas. Saat itu beliau masih menjalani kehidupannya dengan maksiat.
Suatu ketika, Abu Nuwas mendapat teguran dari seorang yang belum dikenalnya.
“Wahai Abu Hani (nama asli Abu Nawas), apabila engkau tidak bisa menjadi garam yang melezatkan makanan, maka janganlah engkau menjadi lalat yang menjijikkan yang merusak hidangan itu,”
Karena mendengar peringatan itu, Abu Nawas tersentak dan konon setelah itu kemudian beliau sadar. Abu Nawas bertaubat secara total dan menjadi salah satu ulama sufi yang sangat zuhud.
Teguran itu adalah sebuah nasehat bagi siapapun. Apabila memang ingin menjalani kehidupan yang rusak, maka rusaklah sendiri jangan sampai ikut merusak yang lainnya.
Setiap masyarakat pasti memiliki masalah dan problematikanya sendiri. Maka, pastikan posisi kita sebagai anggota masyarakat yang menjadi problem solver atau yang ikut berperan dalam memecahkan masalah. Bukan sebaliknya yang justru malah menjadi part of the problem atau bagian dari masalah atau bahkan pembuat masalah.
“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu.” (QS. Al-Anfal: 1).
Artinya kita memiliki kewajiban untuk berperan dalam mewujudkan kedamaian di tengah masyarakat. Mendamaikan yang berselisih dan ikut menyelesaikan problematika yang ada dalam masyarakat.
Sebagaimana salah satu tujuan ibadah adalah membentuk akhlak dan menumbuhkan kasih sayang. Ibadah menjadikan manusia memiliki empati serta kepedulian yang tinggi bagi sesama.