Ramadhan Pergi, Malaikat pun Menangis

Jika diibaratkan dengan dua kutub, maka setan dan malaikat berada pada kutub yang saling berlawanan.

Yang satu berbuat keburukan melulu, tak ada kebaikannya. Sementara yang satu lagi kebaikan terus menerus, tidak ada keburukannya. Pertama itu setan, dan yang kedua itu malaikat.

Begitulah sifat malaikat, makhluk mulia yang diciptakan oleh Allah Swt, yang senantiasa bertasbih kepada-Nya dan diciptakan untuk menghamba kepada-Nya semata.

Makhluk semulia itu,yang setiap waktunya dihabiskan hanya untuk beribadah kepada Allah, menyaksikan Ramadhan pergi, menangis begitu sedihnya. Kenapa?

Betapa Sayang Maikat kepada Umat Muhammad Saw

Rasulullah Saw bersabda, “Apabila malam terakhir bulan Ramadhan tiba, maka menangislah langit, bumi, dan para malaikat karena musibah menimpa umat Muhammad Saw.”

Rasulullah ditanya, “Musibah apakah itu ya Rasulullah? Lalu Nabi Saw menjawab, “Perginya bulan Ramadhan, karena di bulan Ramadhan itu semua doa diijabah, semua sedekah diterima, semua kebaikan dilipatgandakan pahalanya dan siksa ditolak (dihentikan).” (Diriwayatkan dari Jabir).

Apa yang dilakukan para malaikat di bulan Ramadhan, kenapa mereka bersedih? Ternyata karena mereka amat sayang kepada umat Nabi Muhammad Saw.

“Sungguh Allah memerintah kepada malaikat Kiramul Katibin di bulan Ramadhan untuk menulis kebajikan yang dilakukan umat Nabi Muhammad Saw.”

Langit dan Bumi pun Menangis

Betapa mulianya bulan Ramadhan yang dikaruniakan kepada umat Nabi Muhammad Saw. Di mana di dalamnya terdapat suatu malam yang menyimpan pahala berlipat ganda, berupa kebaikan yang setara dengan seribu bulan.

Pantas saja, jika langit dan bumi pun menangis menyaksikan kepergian bulan Ramadhan. Ternyata, kedua makhluk Allah ini pun saya kepada umat Nabi Muhammad Saw.

Mereka tahu, bahwa di bulan suci ini dosa-dosa diampunkan dan pintu taubat terbuka luas. Sebagaimana sabda Nabi Saw, “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan karena Allah maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Seharusnya Kita pun Menangis

Kepergian bulan Ramadhan diibaratkan musibah oleh Nabi Saw. Malaikat menangis, langit dan bumi pun menangis.

Padahal seharusnya yang lebih berhak untuk menangis adalah kita, umat Nabi Muhammad Saw, karena telah kehilangan bulan yang penuh kemuliaan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah Saw bersabda, “Sekiranya umatku ini mengetahui kebaikan di bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar sepanjang tahun ini semuanya menjadi Ramadhan.”

Tidak adanya kesedihan bahkan yang ada malah kegembiraan serta hasrat melakukan perayaan ketika bulan Ramadhan berakhir, menunjukkan bahwa kita sejatinya masih belum mengerti atau memahami kebaikan dan kemuliaan bulan suci Ramadhan.

Karena itu, mari kita berbenah diri.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...