Physical Distancing, Pelajaran Pencegahan Pandemi dari Peradaban Islam
Physical distancing juga pernah dianjurkan oleh para dokter Muslim
Menjaga jarak atau physical distancing adalah salah satu protokol kesehatan yang dianjurkan oleh para ahli kesehatan, juga Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyudahi pandemi Covid-19.
Tapi memasuki fase ‘New Normal’, kendati kasus positif Covid-19 masih terus saja terjadi, sebagian besar orang tampaknya sudah tidak mengindahkan anjuran tersebut. Ada banyak alasan mereka untuk tidak menjaga jarak aman, dari mulai alasan teknis, ideologis, hingga teologis. Misalnya, dengan mengatakan, “Kalau Tuhan berkehendak kita sakit, ya sakit saja.”
Tapi tahukah bahwa protokol menjaga jarak fisik atau physical distancing juga pernah dianjurkan oleh para dokter Muslim di era kejayaan peradaban Islam, ketika terjadi pandemi.
Untuk diketahui, para dokter pada era itu biasanya juga seorang ulama, tentu saja jangan diragukan keimanan dan ketaatan mereka kepada Allah Swt.
Sepanjang sejarah kehidupan, setiap manusia memiliki risiko terkena penyakit, dari yang paling ringan seperti flu hingga yang paling berat.
Untungnya, pandemi atau wabah yang bisa menginfeksi jutaan orang di muka bumi dengan cepat, tergolong jarang terjadi. Meski demikian, wabah pes pada abad ke-14 dan wabah influenza tahun 1918 meninggalkan sejarah gelap kehidupan manusia karena mengakibatkan banyak korban.
Selama peradaban Islam, wabah penyakit menular seperti wabah kusta pernah terjadi. Bagaimana para dokter pada masa itu berhasil menangani penularan?