Pentingnya Tak Membalas Perlakuan Buruk Orang Lain
Bagaimana sih rasanya ketika kamu diperlakukan buruk atau dijahati
Bagaimana sih rasanya ketika kamu diperlakukan buruk atau dijahati. Misalnya kamu didustai, diabaikan, direndahkan, difitnah atau dikhianati? Bisa jadi sebagian orang berpikir untuk membalasnya dengan perlakuan yang sama, atau ada juga yang berpikir untuk melakukan pembalasan yang lebih dahsyat lagi demi memuaskan rasa sakit hati dan kerugian yang kamu tanggung.
Tapi tunggu dulu! Sebelum kamu mengeksekusi pembalasan itu, kamu harus sadar bahwa hidup ini memang ujian. Apa yang kamu harapkan belum tentu semuanya terjadi. Apa yang kamu bayangkan dan inginkan tak melulu selalu sama dengan kenyataan. Itu sebabnya kamu mesti melihat kehidupan ini sebagai tempat dirimu untuk berbuat kebaikan sebaik-baiknya dengan penuh kecintaan.
So, sabar dulu ya. Kalau sudah tahu dan menyadari bahwa hidup ini adalah arena ujian dan kesempatan untuk berlomba-lomba dalam kebajikan, itu sudah perubahan positif bagi kamu. Tak ada manusia sempurna keburukannya, kasih sayang kamu mesti didahulukan bila kamu mendapat perlakuan buruk.
Syekh Abu Abdullah Muhammad bin Shiddiq Al Ghumari Al Hasani menulis kitab berjudul Al Washiyyah Ash Shiddiqiyah yang berisikan pesan-pesan sufistik terutama bagi salik penempuh jalan kesufian. Pakar hadis asal Tangier Maroko ini mengingatkan “agar tidak membalas perlakuan buruk (kejahatan) orang lain kepadamu”.
Pesan ini amat relevan dengan kehidupan kita yang tak lepas dari perlakuan buruk atau kejahatan orang lain. Anaknya, Syekh Abdul Aziz Al Ghumari yang juga pakar hadis kemudian menjelaskan pesan tersebut dalam kitab Al Anwar Al Qudsiyah. Bahwa kalau kamu tidak membalas perlakuan buruk orang lain, kamu akan mendapat kemuliaan.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt, “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang mulia.” (QS. Asy Syura: 43).