Pentingnya Meningkatkan Kualitas Diri

“Islam sangat mengedepankan kualitas diri, agama meminta setiap muslim untuk berkualitas demi mengarungi kehidupan. Secara isyari, hal ini menunjukkan suatu kelanjutan proses kehidupan manusia sejak nabi Adam as,” ucap Habib Abd. Rahim Assegaf dalam acara kajian Online bertemakan Meningkatkan Kualitas Diri Secara Berkelanjutan dengan Dasar Keimanan dan Ketaqwaan, Sabtu (12/09/20).

Habib yang akrab disapa Puang Makka ini mengatakan bahwa jalan menuju peningkatan kualitas hidup adalah dengan banyak membaca. Yaitu membaca alam, manusia, kitab suci dan keadaan. Sebagaimana wahyu pertama yang menunjukkan betapa pentingnya kualitas diri. Allah Swt berfirman:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”

Sudah menjadi stigma dalam masyarakat bahwa kecerdasan adalah satu-satunya tanda kualitas diri. Terlupakan bagi mereka bahwa dalam membaca selalu disandingkan dengan bismi rabbik (dengan nama Tuhan-mu). Padahal Al-Qur’an menuntun manusia agar hasil bacaannya terkendali. Membaca tanpa bismi rabbik, hanya akan memunculkan penyakit-penyakit hati.

Sesungguhnya kecerdasan adalah titipan Tuhan. Membaca atau iqra, akan diikut sertakan, minallah, ilallah, fillah dan ma’allah. Agar bacaan itu disesuaikan dalam kendali Allah. Sehingga apapun hasil bacaannya tetap dalam kendali Allah Swt, dari Allah, untuk Allah, dan bersama Allah.

Maka, kata Rais Awal Idarah Aliyah JATMAN itu, bahwa setiap aktifitas kerja itu tidak berjalan sendiri, akan tetapi senantiasa bersama rahmat Allah (rab al-nas, ilah al-nas, malik al-nas). Maka dari itu, sebaiknya setiap imbauan harus senantiasa mengikut sertakan energi ilahi.

Kualitas adalah bersatunya hasil olahan nalar dengan hati manusia. Nalar berada pada wilayah ikhtiar (kerja), sedangkan hati mewakili wilayah taqarrub menuju ridha Allah Swt. The best moslem tidak hanya berfokus pada kecerdasan ilmiah dan emosional, namun diikuti dengan kecerdasan spiritual (hati).

Sebelum berangkat bekerja diawali dengan doa untuk diri, keluarga dan institusi atau perusahaan. Kemudian ikhtiar sesuai dengan SOP perusahaan atau kantor, dan mengamalkan sunnah menebar salam dan senyum, mengawali kerja dengan basmalah. Aktifitas tersebut akan memunculkan keteduhan dan kekuatan energi ilahi.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),”

“Setelah melakukan sesuatu, tetaplah beraktifitas produktif. Pepatah Arab mengatakan: “waktu bagaikan pedang”, dan semboyan Wakil Presiden dua kali Drs. H. M. Jusuf Kalla “lebih cepat lebih baik,” imbuhnya.

Kemudian dilanjutkan dengan ayat:

وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ

“dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap.”

Jika kerja keras telah diupayakan, maka doa menjadi penutup. Meraih kesuksesan membutuhkan pergaulan yang positif serta saleh dan menghindari pergaulan negatif. Sebagaimana virus corona, jika bergaul dengan yang sudah terjangkiti, maka kemungkinan menular sangat besar.

Habib Puang secara kiasan menyebutkan bahwa kunci sukses adalah hidup yang seimbang (balance), menjadi medan magnet kebaikan, punya tekad dan semangat serta determinasi serta mampu meminimalkan polusi (aneka kotoran dan pengaruh buruk).

Komentar
Loading...