Pengungkit (Leverage) Utang, Madu atau Racun?
Biaya tetap bersumber dari keuangan, dikenal sebagai financial leverage
Pada bagian sebelumnya telah dibahas berkenaan dengan pengungkit (leverage) dari biaya tetap operasional. Bagian ini, tentang biaya tetap bersumber dari keuangan, dikenal sebagai financial leverage.
Sumber utamanya adalah utang dan kadang dikutsertakan juga saham preferen. Utang menimbulkan kewajiban beban bunga, sedangkan saham preferen adalah kewajiban membagi keuntungan (dividen) secara periodik.
Asal usul, kesusahan yang ditimbulkan dari beban tetap, adalah jika bisnis memasuki resesi. Ketika resesi, maka besarnya permintaan produk akan turun dan otomatis mengganggu bisnis secara keseluruhan. Adanya kewajiban keuangan ini, membuat ‘sakit kepala’ lantaran tidak ada kompromi, tetap wajib dipenuhi.
Mengenai pokok utang, itu memang uang pihak ketiga, jadi wajib dikembalikan. Tidak boleh ada niat sedikitpun untuk tidak mengembalikannya, karena dana tersebut sudah membantu memulai atau membesarkan bisnis.
Baca juga: Menciptakan Daya Ungkit Dalam Bisnis
Ternyata yang membuat lebih pelik, cicilan utang secara konvensional menggunakan istilah compound, atau bunga-berbunga. Cicilan tersebut dalam bentuk cicilan tetap, yang pada cicilan tersebut terbagi dua komponen yakni pokok dan bunga. Bunga dibayar pada tahun awal lebih besar, untuk selanjutnya mengecil.
Misal, UMKM meminjam dana sebesar Rp100 juta, dengan suku bunga 10%/tahun dan jangka waktu pinjaman 10 Tahun. Jika cicilan per tahun akan berkisar Rp16,275 juta atau totalnya akan sebesar Rp163 juta; sedangkan jika cicilan per bulan akan berkisar Rp1,32 juta atau totalnya berkisar Rp159 juta.
Perhatikan, kreditur menerima kelebihan berkisar Rp60 jutaan untuk 10 tahun. Jadi sebenarnya tidak serta merta pihak kreditur menjadi lintah darat karena jumlah rerata Rp6 juta pertahun, merupakan pendapatan bagi lembaga keuangan.