Pandemi Tak Kunjung Usai, Hati-hati dengan Kesehatan Mental

Pandemi Covid-19 belum juga berakhir, setiap hari kita terus disuguhi data-data orang sakit karena terinfeksi Covid-19 yang jumlahnya masih naik-turun. Angka kematian karena virus ini juga masih terus bertambah.

Akibatnya, perekonomian merosot. Bisnis macet, pengangguran di mana-mana. Ini terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi di berbagai belahan dunia.

Badan kesehatan dunia WHO mengingatkan bahwa kondisi ini dapat mengganggu kesehatan mental manusia.

Terlebih, semakin hari semakin banyak orang yang terbebani oleh keharusan mengisolasi atau mengkarantina diri. Tentu saja bayang-bayang kemiskinan semakin jelas, stres, gelisah mulai dirasakan.

Laporan PBB serta pedoman kebijakan tentang Covid-19 dan kesehatan mental menggaris-bawahi kelompok mana saja yang rentan terhadap kesehatan dan tekanan mental. Mereka di antaranya anak-anak dan remaja yang terisolasi dari teman-teman dan sekolahnya.

Selain itu, petugas layanan kesehatan yang setiap saat melihat ribuan pasien yang terinfeksi dan meninggal akibat virus corona juga berada dalam kerentanan.

Di seluruh dunia, kecemasan pada anak-anak meningkat, kekerasan rumah tangga juga meningkat, petugas kesehatan juga melaporkan peningkatan kebutuhan dukungan psikologis.

Masih sehatkah mental kita?

Ajaran Islam meyakini bahwa tubuh manusia terdiri dari dua bagian, jasmani dan ruhani. Yang kedua itulah menjadi pondasi bagi kesehatan mental manusia.

Ruh atau ada yang menyebutnya jiwa ketika pertama kali ditiupkan ke dalam jasad seorang manusia, ada dalam kondisi yang sehat. Namun dalam perjalanannya ruh mengalami berbagai pengalaman yang mewarnai kepribadian seorang manusia. Termasuk dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19 ini.

Bagaimana menjaga agar ruh kita tetap sehat?

Perlu diketahui, dalam keyakinan ajaran Islam ruh yang ada di dalam jasad kita adalah ruh yang pernah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Oleh sebab itu, cara menjaganya adalah dengan memberikan makanan dan vitamin spiritual yang menyehatkan. Yaitu selalu mengingat (zikir) dan menghamba (ibadah) kepada Allah Swt. Tuhan yang dulu, saat ditiupkan ruh, kita bersaksi atas-Nya.

Dengan menjaga kesehatan ruh kita, kesehatan mental juga akan senantiasa terjaga. Ketika ruh kita dalam keadaan baik, hal-hal diluar seperti tubuh dan jasad kita juga akan ikut membaik.

Memang, jasad atau fisik pada saatnya akan mengalami kepunahan, entah karena tua, sakit, dan sebab lainnya. Tapi ruh kita akan terus berproses, menempuh perjalanan ruhani hingga kembali kepada Sang Pemilik. Tentu saja, ruh yang sehat akan kembali menemui Tuhannya dalam sebuah momentum yang penuh keindahan.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...