Ogah Korupsi, Mantan Menteri Pilih Jadi Kurir Makanan

Jalan hidup yang ditempuh Saadat, demi hidup dari hasil keringat yang halal

Bukan terjadi di negeri Wakanda, ini nyata, tapi bukan juga terjadi di Indonesia. Adalah mantan menteri komunikasi Afghanistan Sayed Saadat. Kini ia menyambung hidup di Jerman.

Rela bekerja sebagai pengantar makanan, menggunakan sepeda. Jalan hidup yang ditempuh Saadat, demi hidup dari hasil keringat yang halal.

Saadat menjadi menteri di Afganistan tahun 2016-2018. Ia memutuskan berhenti karena muak dengan korupsi pada pemerintahan di negaranya.

“Saat menjalankan tugas sebagai menteri ada perbedaan antara orang-orang yang dekat dengan presiden dan saya sendiri,” kata Saadat dikutip dari CNN.

Menurutnya, kepentingan pribadi orang-orang dekat Presiden sangat menonjol, padahal ia ingin uang untuk proyek-proyek pemerintahan dilaksanakan dengan baik.

“Ia merasa tak bisa memenuhi tuntutan mereka. Para pejabat itu kemudian mencoba menekan Sadaat, melalui presiden,” kisahnya.

Saadat pun berhenti sebagai menteri. Ia kemudian bekerja sebagai konsultan telekomunikasi di negaranya. Tapi sayang, pada tahun 2020 situasi keamanan di Afghanistan memburuk.

“Saya memutuskan untuk pergi,” ujarnya.

Ia memutuskan untuk pergi ke Jerman pada akhir tahun 2020, meskipun ia sebetulnya memiliki kewarganegaraan ganda, Afghanistan-Inggris.

Hal itu pula yang membuatnya sempat mengalami kesulitan. Perjalanan itu ia tempuh sebelum peristiwa Brexit (British Exit) keluarnya Inggris dari kelompok negara-negara Uni Eropa, sehingga ada kebijakan yang membuat warga Inggris tak mungkin lagi mendapat tempat tinggal di Uni Eropa tanpa syarat, begitu juga tawaran pekerjaan.

Saadat bisa saja tetap tinggal di di Inggris, tapi dia lebih merasa bahwa hidup di Jerman memiliki banyak peluang. Di Jerman Saadat berjuang sendiri untuk bisa mendapat pekerjaan, tanpa bantuan dari seorang pun kolega di negara itu.

Tapi sayangnya, tahun 2020 gelombang Covid-19 melanda dunia, tak terkecuali Jerman. Dampaknya, Saadat tidak bisa belajar bahasa Jerman secara tatap muka. Ia sekarang sudah kursus bahasa Jerman empat jam dalam sehari, sebelum mengantar makanan untuk para pelangganya.

Hidup di Jerman penuh liku, tapi Sadaat tak pernah menyesali keputusannya.

“Saya tahu tantangan (pekerjaan) ini untuk sementara, sampai saya bisa mendapat pekerjaan lain,” ujar pria yang mengantar makanan dengan sepeda sepanjang 1.200 kilometer tiap bulan ini.

Meskipun mantan seorang menteri, Saadat tak merasa malu melakoni pekerjaan di bawah perusahaan Lieferando itu.

Saadat bekerja selama 6 jam sehari dengan mengenakan mantel khas berwarna oranye. Di hari libur ia tetap bekerja mulai tengah hari hingga pukul 10 malam.

Saadat adalah salah satu dari ribuan warga Afghanistan yang memilih menetap di Jerman selama beberapa tahun terakhir.

Sejak 2015, ada sekitar 210 ribu warga Afghanistan yang mencari suaka di Jerman. Bersamaan dengan itu, banyak warga Suriah dan Irak yang juga menyeberang negaranya agar bisa lari dari perang dan kemiskinan.

Jumlah pengungsi Afghanistan di Jerman menjadi populasi terbesar kedua setelah pengungsi Suriah.

Saadat tentu mengetahui jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban.

“Saya ingin memberi saran kepada pemerintah Jerman mengenai Afghanistan, agar rakyat Afghanistan bisa memperoleh manfaat. Karena saya cerminan yang terjadi di sana,” kata dia.

Namun Saadat mengaku belum pernah memiliki kontak dengan pihak berwenang di Jerman mengenai masalah tersebut.

Saadat juga tetap meminta komunitas internasional agar tidak lari dari tanggung jawab terhadap Afghanistan dan tetap memberikan dukungan ekonomi di negaranya.

Kini, Saatnya Sadaat pergi mengantarkan sejumlah makanan untuk pelanggan. Ia mengendarai sepeda, menembus panas dan hujan di negeri impian. Dan, berharap tetap berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan.

#korupsi #menteri #afghanistan

Baca Lainnya
Komentar
Loading...