Ngaji Virtual Tahun Baru Muharram 1442 H: Hijrah Perspektif Sufi

Makna simbolis hijrah adalah pemahaman hijrah dari kemusyrikan kepada ketauhidan

Momentum yang hampir hilang syiarnya di tengah kondisi Era New Normal adalah memperingati tahun baru hijriyah. Sebagian kalangan pemuda dan mahasiswa, hampir tidak mengetahui penanggalan hijriyah dan memahami peristiwa sejarah pada bulan Muharram.

“Saat ini kecenderungan hijrah bagi kalangan milenial terfokus pada wilayah sarana, nuansa yang telihat oleh mata, dan kurang yang menyentuh pada aspek ruhani atau kondisi hati. Oleh karena itu, momentum hijrah kali ini berupaya menyentuh wilayah kondisi ruhani dari setiap amal berdasarkan pandangan ulama sufi dan orang-orang salih,” tutur Ketua PC. MATAN Parepare Adri Aladin, S.Pd saat memberikan sepatah kata acara Ngaji Virtual tanggal 19 Agustus pukul 20.00 Wita.

Syekh Imran Abdillah (Sekretaris Korwil MATAN Sulawesi dan khalifah Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf) dalam tausiyahnya menjelaskan bahwa, ada tiga momentum bersejarah peristiwa Rasulullah Saw dan juga bagi umat Islam generasi awal, yaitu tahun Gajah (momentum kelahiran nabi Muhammad Saw), tahun kenabian (momentum turunnya wahyu pertama) dan tahun Hijriyah (momentum perjuangan dakwah rasul menuju peradaban Islam).

Tahun baru hijriyah 1 Muharram 1442 hendaklah disambut dengan puncak ketaqwaan. Yang senantiasa kokoh hingga bertemu tahun baru selanjutnya. Sunnatullah menjadikan perputaran setiap tahun. Sehingga perulangan ini senantiasa menjadi lebih indah dan elok dalam melaksanakan ketaatan sebagai hamba, Mengingat ajal tidak ada yang mengetahui.

Makna simbolis hijrah adalah pemahaman hijrah dari kemusyrikan kepada ketauhidan. Kekufuran kepada keimanan. Kejahilan kepada ma’rifatullah. Dan secara tersirat adalah Hijratu ila llah wa ila al-rasul. Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-Nahl: 41,

(وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا فِى اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ۗوَلَاَجْرُ الْاٰخِرَةِ اَكْبَرُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَۙ)

“Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui”. (Terjemah Kemenag 2002).

Manusia hadir di dunia setelah mengalami perpindahan dari setiap alam. Fase hijrah beberapa kali dilewati manusia yang menjadikan lupa asal usul, jalan kembali awal kedatangan dan sampai mengingkari. Berkat Rahman Rahim Allah, maka diutuslah Rasulullah Saw dengan membawa kitab suci untuk mengembalikan dan mengingatkan persaksiannya di alam arwah. Maka, seorang hamba senantiasa hijrah kembali, masuk pada asal kedatangan seperti semula sesuai proses dan tujuan penciptaan.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...