Muhasabah di Tengah Wabah

Agama dan spiritualitas tentu sangat dibutuhkan dalam situasi seperti sekarang ini

Wabah virus Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan Corona pada akhirnya terjadi juga di tengah-tengah kita, masyarakat Indonesia. Satu situasi yang sejak awal tidak kita harapkan. Bahkan kita telah sama-sama berdoa agar wabah yang semula muncul di Wuhan China ini tak menghampiri kita.

Korban sudah berjatuhan, baik yang meninggal dunia, masih dirawat atau yang berpotensi terkena, istilahnya ODP (orang dalam pengawasan). Belum terbayang, apa yang bakal terjadi beberapa hari ke depan. Masa depan kita masih dibayang-bayangi ketidakpastian.

Belum pasti, apakah virus ini segera diketemukan obatnya. Meski pemerintah sudah menyiapkan dua jenis obat, Avigan dan Klorokuin untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi, namun keduanya masih bersifat eksperimental.

Belum pasti, apakah rumah sakit yang ada siap merawat pasien terinveksi nantinya, terlebih jika wabah tidak bisa dikendalikan sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa.

Juga belum pasti, apakah kita siap jika lockdown terpaksa harus diberlakukan pemerintah. Bagaimana dengan ketersedian bahan-bahan pokoknya, penegakkan hukumnya, dan terutama penanganan para korbannya.

Belum lagi, soal ketidakpastian ekonomi. Rupiah yang mulai melemah. Usaha kecil menengah yang mulai merasakan penurunan. Harga sejumlah kebutuhan yang mulai mahal, bahkan ada barang kebutuhan yang sudah langka.

Situsasi ketidakpastian ini tentu membawa dampak sosial, membuat orang panik, gelisah, hingga stres. Kini gejala-gejala tersebut mulai nampak. Setidaknya, jika kita mencermati respon masyarakat di sosial media terkait wabah ini. Setiap hari kita disuguhi nada orang-orang saling menyalahkan di linimasa, terkait penanganan wabah korona ini.

Agama Memberi Kekuatan

Agama dan spiritualitas tentu sangat dibutuhkan dalam situasi seperti sekarang ini. Bukan saja untuk mendorong saling bantu antar-sesama di masa krisis, tapi juga sebagai sumber kekuatan moral bagi diri kita sendiri yang terdampak krisis. Sebab, salah satu hal terberat dalam menghadapi situasi ini sejatinya adalah “penyakit mental”. Saling menyalahkan, saling mencaci dan menjelekkan, tanpa memberi solusi.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...