Era industri digital membuat banyak sekali produk dan layanan dipasarkan melalui platform digital, salah satunya melalui media sosial. Produk dan layanan yang dijual pun beragam, mulai dari produk industri rumahan hingga industri skala besar.
Sebagai pemilik akun media sosial mungkin Anda pernah merasa kesal ketika promosi produk atau layanan muncul bertubi-tubi ke lini masa Anda. Apa sebab?
Pada dasarnya orang akan merasa terusik bahkan muak ketika terus menerus ditawari barang jualan. Apalagi produk tersebut bukan yang kita butuhkan.
Oleh karena itu, kemudian berkembang di dunia marketing cara memasarkan produk dengan cara yang halus (soft selling) di sejumlah platform digital, khususnya media sosial, bukan lagi dengan cara “hard selling” yang ujug-ujug jualan. Cara itu dikenal dengan storytelling.
Jika Anda pernah membaca di status orang seperti ini,
“Alhamdulillah, hari ini pesanan kue basah buatan mamah saya mendapat pesanan untuk meeting perusahaan, dan ini pesanan yang kelima kalinya. Semoga puas dan tetap berlangganan.”
Lalu, sertakan foto atau video aktivitas pengemasan kue-kue yang siap dikirimkan. Inilah salah satu contoh dari storytelling.
Storytelling pada dasarnya merupakan strategi pemasaran yang menawarkan keuntungan non-fisik kepada pelanggan atau calon pelanggan dengan membangun engagement yang kuat antara brand dan konsumen.
Ini tentu berbeda dengan menawarkan produk dengan keuntungan langsung kepada konsumen seperti diskon atau cashback dan lain-lain. Storytelling cenderung menyentuh psikologis konsumen dengan keuntungan non-fisik.
Storytelling
Storytelling dalam bisnis dapat diartikan sebagai sebuah metode penyampaian pesan dengan lebih menarik yang tujuannya adalah mengubah perasaan audiens atau target.
Misalnya, jika Anda dan kompetitor menawarkan suatu produk dengan harga dan manfaat yang sama, maka Anda harus mampu memunculkan keunggulan kompetitif yang lebih bersifat non-fisik kepada pelanggan agar produk atau layanan Anda lebih dipilih.
Sebetulnya, tidak terlalu dibutuhkan kemampuan menulis profesional untuk membuat storytelling seperti halnya seorang copywriter. Yang dibutuhkan, kejujuran Anda merangkai kata agar dapat menyentuh hati konsumen.
Cerita yang dituliskan juga tidak harus panjang dan kompleks, storytelling justru harus singkat tapi relevan audiens.
Nah, berikut ini sejumlah langkah yang mungkin bisa Anda pelajari untuk menulis storytelling bagi produk-produk Anda:
1. Buatlah brand yang menarik
Pemilihan brand sebagai identitas utama adalah hal penting. Tentukan nama brand yang menarik dan mudah diingat oleh konsumen. Lebih baik, nama brand yang dipilih harus menyimpan arti atau cerita tersendiri, agar membuat konsumen penasaran.
2. Buatlah cerita yang menarik
Pada umumnya, informasi mengenai produk yang disampaikan secara naratif atau bercerita lebih menarik ketimbang yang disampaikan secara deskriptif. Informasi tentang sebuah produk semata cenderung membosankan.
Karena itu, Anda harus mampu mengemas informasi tersebut dalam sebuah cerita. Misalnya, hal-hal yang menyentuh di balik pembuatan sebuah produk.
Tambahkan unsur ilustrasi seperti gambar, video, audio dan hal-hal menarik lainnya.
3. Berikan pengalaman terbaik kepada pelanggan
Ketika seorang konsumen merasa puas dengan produk atau layanan Anda lalu menuliskannya di kolom review, maka di sinilah storytelling berjalan tanpa Anda harus membuatnya.
Kuncinya, jaga kualitas produk atau layanan Anda. Apabila terjadi komplain dari pelanggan respon dan tangani dengan cepat dan tepat.
4. Libatkan unsur personal
Salah satu cara membuat storytelling untuk bisnis yang terbaik adalah dengan memasukkan unsur personal.
Misalnya, dengan melibatkan suasana yang relevan dengan yang dialami pelanggan, misalnya hari ulang tahun pelanggan.
5. Hindari ‘Fake Claim’
Hindari menggunakan klaim yang ekstrem apalagi palsu. Gunakan saja klaim yang memang benar-benar bisa Anda berikan kepada pelanggan melalui produk atau layanan Anda.
Sampaikan sesuai dengan keadaan, jangan dilebih-lebihkan karena hal itu justru akan menjadi boomerang di masa datang.
6. Optimalkan Media Sosial
Media sosial sebagai media interaksi dengan konsumen saat ini tergolong efektif untuk sebuah brand dalam berbagi cerita kepada pelanggannya. Engagement yang diciptakan bisa semakin kuat, manakala kontinuitas cerita yang baik terus dijaga.
Dan, catatan yang paling penting, sebagaimana prinsip bisnis pada umumnya, jangan pernah tergoda untuk melakukan kebohongan dalam membuat storytelling atau menyusun cerita untuk produk Anda.
Sebab, dalam bisnis kejujuran itu sangat penting dan menjadi pondasi utama.
Allah Swt. berfirman dalam Alquran, surah Al-An’am ayat 181-183:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu Termasuk orang- orang yang merugikan; Dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan.”