Menjelaskan Pandemi Lewat Potongan ‘Keju Swiss’

Inti dari komunikasi adalah memberikan pemahaman terhadap si penerima pesan. Sebab itu, dalam komunikasi massa lebih baik menggunakan bahasa awam jika pesan ingin sampai kepada banyak orang.

Ketika virus korona muncul pertama kali, banyak ahli atau otoritas pemerintah bicara tentang karakter maupun sifat dari virus ini, tapi hanya sedikit yang mampu mengkomunikasikan secara sederhana. Tentu akhirnya berdampak pada bagaimana khalayak menyikapi virus ini.

Di berbagai belahan dunia, para ahli bukan saja berjibaku mempelajari dan menemukan sejumlah misteri di balik virus korona, tapi juga tentang bagaimana mengkomunikasikannya kepada publik.

Seperti yang dilakukan ahli virologi asal Australia, Ian Mackay. Dia membuat metafora dengan potongan ‘Keju Swiss’ untuk menggambarkan bagaimana seharusnya pencegahan terhadap virus korona dilakukan.

Dengan metafora model keju swiss yang dipublikasikan The New York Times tersebut, banyak orang merasa mudah memahami bagaimana melakukan pencegahan virus korona. Ribuan orang pun membagikannya di media sosial.

Grafik sederhana itu, menunjukkan sepuluh irisan keju. Dimana setiap irisan mewakili lapisan perlindungan yang membantu mencegah penyebaran virus corona. Misalnya:

  • Menjaga jarak fisik
  • Memakai masker
  • Karantina dan isolasi
  • Vaksin

“Grafis ini memberi gambaran bahwa bukan hanya satu hal saja yang akan melindungi Anda dari virus,” kata Mackay, dikutip Forbes.

“Memakai masker saja tidak akan berhasil. Demikian pula menjaga jarak. Tidak bisa berdiri sendiri. Diperlukan banyak hal untuk mengurangi risiko,” kata dia.

Metafora keju Swiss ini menjelaskan dengan baik tentang lapisan-lapisan pelindung yang diperlukan untuk memperlambat penyebaran virus. Lihat saja, setiap irisan memiliki lubang. Virus dapat melewati lubang, tetapi menambahkan irisan akan membangun pertahanan yang lebih kuat.

Dalam istilah medis yang paling sederhana, setiap intervensi memiliki ketidaksempurnaan.

Lebih banyak lapisan (irisan) maka akan membangun penghalang yang kuat untuk mengurangi penyebaran.

“Anda tidak bisa melakukannya satu saja. Ini tentang satu paket untuk mengurangi risiko korona,” jelas Mackay.

Kenapa komunikasi grafis semacam ini efektif? Ada tiga elemen infografik yang membuatnya efektif:

1. Visual

Jauh sebelum nenek moyang kita mengembangkan bahasa, mereka sudah menggambar di dinding gua untuk berbagi kisah dan informasi. Jadi, kita pada dasarnya adalah makhluk visual. Kita suka melihat gambar.

2. Metafora

Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Aristoteles menyarankan penggunaan metafora sebagai teknik persuasif dalam berbicara di depan umum.

Metafora membantu menjelaskan ide yang rumit dan kompleks dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang familiar.

3. Universal

Penggunaan metafora dengan keju swiss sifatnya yang universal. Mackay menganggap orang di berbagai dunia sudah mengenal keju ini.

Agar metafora berfungsi, ia harus langsung dapat dikenali oleh sebagian besar audiens.

Lihat lagi grafik keju swiss di atas. Di tengahnya ada seekor tikus kecil yang sedang menggerogoti. Ini disebut dengan ‘mouse misinformation’ atau tikus misinformasi, yang jika tidak dihalangi, akan membuat lubang lebih besar pada setiap lapisan perlindungan.

Membuat metafora membutuhkan kerja keras

Mackay adalah seorang ahli virologi di University of Queensland, di blog miliknya ia kerap menjelaskan konsep medis dalam bahasa sehari-hari.

Ini pelajaran penting bagi para ahli, pendidik, dan lembaga pemerintahan yang bertugas mengkomunikasikan informasi tentang Covid-19, termasuk soal vaksin dan tindakan kesehatan lainnya yang akan dilakukan.

“Sampaikan bahasa dengan kata-kata yang paling sederhana. Dan, jangan berasumsi bahwa semua orang memiliki latar belakang yang sama dengan Anda,” itu kalimat kunci dari Mackay untuk para komunikator publik.

Bahkan ia menyarankan agar para ahli yang telah meneliti data uji coba vaksin , lebih sering tampil di depan kamera untuk membagikan temuan mereka dalam bahasa yang sederhana.

Ide sekompleks apapun membutuhkan penjelasan yang sederhana. Sebab ketika orang tidak memahami masalahnya, mereka cenderung tidak akan mengubah perilaku atau mengambil tindakan yang direkomendasikan.

Termasuk soal vaksin yang masih terus menuai kontroversi di negeri ini. Komunikasi yang baik dan efektif, tentu akan sangat membantu masyarakat memahami apa yang harus dilakukan untuk berpartisipasi menghentikan Covid-19, yang hampir membuat banyak orang frustasi ini.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...