Menghidupkan Kembali Seni Kaligrafi Arab

Seni kaligrafi Arab atau Islam dikenal sebagai warisan seni yang paling dihargai

Seni kaligrafi Arab atau Islam mengalami pasang surut. Keberadaannya kian ditinggalkan di era milenial saat ini. Padahal seni kaligrafi Arab atau Islam dikenal sebagai warisan seni yang paling dihargai sepanjang zaman.

Kini, seni adiluhung tersebut semakin berkurang peminatnya. Seakan tidak mampu lagi mengimbangi kencangnya kemajuan seni modern, bahkan post-modern.

Di Indonesia yang mayoritas Muslim saja misalnya, sebagaimana dituturkan kiai dan seniman KH. D Zawawi Imron, bahwa banyak seniman kaligrafi yang tradisional maupun modern mampu menghasilkan karya yang luar biasa.

Tetapi hal itu tidak diimbangi dengan peminat seni kaligrafi Islam itu sendiri, khususnya dari kalangan milenial.

Mungkin, kata Zawawi Imron, sesudah generasi kaligrafer sekaliber Ahmad Sadali, Amang Rahman Jubair, banyak bermunculan pelukis dan karya kaligrafi yang bagus-bagus, tapi tidak banyak masyarakat yang mengapresiasi.

Kaligrafi yang dalam bahasa Inggris ditulis dengan “calligraphy” berarti tulisan tangan yang sangat elok. Seni ini sangat familiar dengan dunia Islam, bahkan juga non-muslim. Kaligrafi dapat dikatakan sebagai masterpiece dari para seniman muslim sejak awal kedatangan Islam di jazirah Arab sampai berkembang meluas ke berbagai belahan dunia.

Menurut catatan sejarah, hierogliph bangsa Mesir merupakan akar dari kaligrafi Arab. Al-Maqrizi (1364-1442), seorang pakar sejarah Mesir mencatat bahwa kaligrafi Arab pertama kali dikembangkan oleh masyarakat Himyar, yaitu suku yang mendiami Semenanjung Arab bagian barat daya yang hidup sekitar tahun 115-525 S.M.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...