Mengenal Seroja, Siklon Berbahaya Tak Seindah Namanya
BMKG merilis peringatan dini terbentuknya siklon tropis bernama Seroja
Minggu malam, 4 April 2021 lalu, mungkin menjadi malam yang mencekam bagi sebagian warga di Nusa Tenggara Timur (NTT). Malam itu, BMKG merilis peringatan dini terbentuknya siklon tropis bernama Seroja.
Senin dini hari, tepatnya tanggal 5 April 2021, Seroja menghantam sebagian wilayah kepulauan NTT. Banyak korban berjatuhan akibat banjir bandang yang ditimbulkan akibat siklon atau badai tropis bernama Seroja ini.
Seroja ternyata tak seindah namanya. Sama seperti badai-badai lain, seperti badai Catarina, badai-badai itu ternyata tak seindah nama.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, siklon tropis Seroja terbentuk dari bibit siklon tropis yang diprediksi semakin menguat.
Siklon tropis sendiri merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km. Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26.5 °C.
Angin kencang yang berputar-putar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam. Masa hidup suatu siklon tropis rata-rata berkisar antara 3 hingga 18 hari.
Karena energi siklon tropis didapat dari lautan hangat maka siklon tropis akan melemah atau hilang ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.
Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah, ada badai tropis, typhoon, atau topan jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat. Jika terbentuk di sekitar India atau Australia disebut siklon atau cyclone. Namun jika terbentuk di Samudra Atlantik namanya hurricane.