Mengelola Kelelahan Emosional di Masa Pandemi

Tahun lalu dan tahun ini menjadi tahun yang amat menantang bagi dunia kerja

Menangis sama sehatnya dengan berolahraga, memutar mata, atau bermeditasi. Caranya saja yang berbeda.

Menangis di tempat kerja juga bukan berarti menunjukkan seseorang tidak profesional atau rapuh. Karena itu, jika menangis tidak menghalangi produktivitas dan tidak rutin terjadi pada saat rapat, biarkan karyawan Anda menangis, buat mereka nyaman melakukannya.

Terkadang, para pemimpin lupa bahwa seorang karyawan yang menangis tidak selalu berarti sedang merasa sedih. Menangis bisa jadi tanda rasa malu, frustrasi, atau bahkan bahagia.

Pemimpin yang menyaksikan ledakan emosi itu setidaknya harus mengambil inisiatif. Mungkin dengan melakukan penyelidikan sederhana yang bisa mengubah momen sulit menjadi hubungan kerja yang baik.

Menanyakan kepada dia misalnya dengan kalimat,

“Apa ada yang salah?”

“Apakah Anda ingin membicarakannya?”

“Bagaimana saya bisa membantu Anda?”

Tapi bagaimana jika tangisannya terlalu sering? Dan tidak terkait dengan pekerjaan juga mempengaruhi produktivitas karyawan?

Solusi terbaik adalah memberinya izin untuk beristirahat sementara untuk mengatasi emosinya.

2. Fokus pada Pencapaian, Bukan pada Momen

Kebanyakan orang bekerja 8 jam atau lebih dalam sehari. Selebihnya waktu dihabiskan dengan hal-hal (baik yang biasa hingga berat) yang tidak dibicarakan di tempat kerja.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...