Mengelola Kelelahan Emosional di Masa Pandemi

Tahun lalu dan tahun ini menjadi tahun yang amat menantang bagi dunia kerja

Tahun lalu dan tahun ini menjadi tahun yang amat menantang bagi dunia kerja. Betapa tidak, sistem dan pola kerja yang sama sekali berubah kerap membuat orang kelelahan secara emosi.

Padahal kesehatan mental dan emosional merupakan komponen penting bagi kesuksesan di tempat kerja.

Kita bersyukur bahwa kita masih bisa bekerja di antara sekian banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Tentu saja kita harus berterima kasih kepada Tuhan atas hal ini. Namun begitu, tidak berarti situasi sekarang ini baik-baik saja.

Setiap hari, saat kita menerima telepon, mengikuti rapat Zoom, menulis dokumen, kita mungkin sedang mengatasi kelelahan emosional. Begitu pula orang-orang yang bekerja bersama kita.

Bekerja dan memimpin melalui masa-masa sulit seperti sekarang ini, membuat orang-orang hampir tidak mungkin mengedepankan profesionalitas terbaiknya.

Memimpin melewati kelelahan emosional memang tidaklah mudah. Membutuhkan softskill yang canggih. Kita harus belajar bagaimana memotivasi tim, meningkatkan moral, dan menunjukkan empati. Bahkan terkadang, sebagai pemimpin dia harus mampu mengesampingkan perasaan sendiri dan fokus pada kebutuhan orang lain.

Mengutip The Chronicle of Higher Education, Kerry L. O’Grady, direktur fakultas dan profesor praktik pada School of Continuing Studies Universitas Georgetown memberikan sejumlah tips berdasarkan hasil risetnya, dengan harapan bisa menginspirasi untuk memimpin di situasi sulit dengan cara berbeda.

1. Jika Harus Menangis, Menangislah

Menangis bukan pertanda kelemahan seseorang. Faktanya, menangis adalah kekuatan. Secara biologis, ini adalah demonstrasi fisik bahwa seseorang dipengaruhi oleh orang lain, tempat, atau benda, secara positif atau negatif.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...