Memahami Pelanggan dengan Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) telah lazim digunakan di dunia pemasaran digital.

Maka itu, jika Anda sebagai konsumen pernah mendapat pesan iklan di platform digital atau media sosial Anda, yang sesuai dengan kebutuhan Anda, jangan heran, itulah hasil kerja Artificial Intelligence.

Lantas, bagaimana sebetulnya kecerdasan buatan itu bekerja untuk meningkatkan penjualan pada toko-toko online atau marketplace?

Untuk Anda yang baru mulai beralih dari toko tradisional ke toko online mungkin penjelasan ini sedikit memberikan gambaran.

Pendiri JaboTV yang juga seorang konsultan, Jessica Abo, mewawancara Pendiri sekaligus CEO Dialogue, Omri Katz, dalam sebuah tayangan video di Entrepreneur.com.

Omri Katz berbagi cerita tentang bagaimana platform besutannya membantu sejumlah brand untuk lebih memahami pelanggan mereka dengan menggunakan AI.

Dialogue sendiri merupakan startup yang berbasis di Israel yang bekerja mempersonalisasi pengalaman pelanggan melalui pembuatan pesan yang didukung AI.

Dialogue menawarkan teknologi canggih dan penelitian ekstensif dalam ilmu kognitif berbasis AI, untuk memberikan pengalaman belanja yang lebih kaya dan lebih pribadi yang menghasilkan peningkatan penjualan.

Masalah umum ecommerce

Omri Katz menjelaskan bahwa masalah umum terkait dengan ecommerce adalah: mengubah pengguna menjadi pelanggan.

“Saat seseorang mengunjungi toko online, 98% pengguna online akan meninggalkan toko online tanpa menyelesaikan pembelian,” kata Katz.

“Itu berarti bahwa semua investasi yang dilakukan dalam mengakuisisi pengguna, akan sia-sia,” katanya lagi.

Untuk meningkatkan belanja online, Katz pun membuat Dialogue, sebuah layanan perangkat lunak yang mampu mempersonalisasi pengalaman pelanggan melalui pembuatan pesan yang didukung oleh kecerdasan buatan atau AI.

Teknologinya tersebut juga membantu penjual online untuk memahami penggunanya sehingga mereka dapat memberikan rekomendasi yang lebih baik serta membuat sebuah promosi yang lebih berdampak.

Meningkatkan pendapatan ecommerce dengan AI

Apa yang dilakukan Dialogue, kata Katz, adalah mencoba menawarkan solusi berbasis perangkat lunak sebagai layanan yang mampu mempersonalisasi pengalaman pelanggan untuk perusahaan ecommerce dengan cara mengotomatiskan seluruh proses.

Itu artinya, mereka membuat konten terlebih dahulu. Dan langkah kedua, mereka memprediksi apa yang menjadi perhatian pengguna.

Setelah itu, mereka dapat mempersonalisasi pengalaman serta mengoptimalkannya. Dan semua itu dilakukan secara otomatis.

Katz mengklaim, bagi penjual online teknologi ini sangat membantu dan menghemat biaya, mereka benar-benar dapat menciptakan pengalaman yang lebih baik, meningkatkan hasil penjualan dan yang terpenting mereka tidak perlu mengelola sendiri solusi yang rumit tersebut.

Pengaruh Covid-19

Menurut Katz, pandemi COVID-19 pada dasarnya mempengaruhi ecommerce dari dua sisi.

Sisi pertama, adalah pedagang atau penjual, yang sekarang mengerti bahwa mereka perlu berinvestasi dalam aset online. Jika sebelumnya mereka tidak memiliki toko online, mereka mungkin akan membukanya sekarang.

Jika sudah punya, sekarang saatnya mereka untuk berinvestasi lebih dalam pengembangan toko onlinenya tersebut. Mereka akan melakukannya sekarang.

Sisi kedua, adalah pengguna. Pembelian secara online otomatis meningkat karena pandemi Covid-19 yang membatasi orang keluar rumah.

Bagaimana sebuah brand dapat bersaing di tengah banyaknya ecommerce

Menurut Katz, sebuah brand perlu memahami bahwa mereka perlu memiliki pesan yang jelas tentang brand mereka. Mereka perlu memahami pasar dan tren.

Di sisi lain, mereka juga perlu memanfaatkan teknologi yang ada. Memiliki bisnis online berarti Anda memiliki banyak data dan ingin memanfaatkan data tersebut. Anda harus memahami pembeli, memahami tindakan dan psikologi pembeli.

Setelah Anda menggunakan semua data tersebut, selanjutnya Anda harus bisa memberi pengaruh pada situs web Anda, seperti soal harga dan daftar barang yang Anda miliki. Ini penting untuk sebuah bisnis online.

Dan, tentu saja, untuk membangun brand, Anda harus kuat dalam memberikan pesan. Pesan harus jelas, konten harus banyak, sehingga bisa membantu menciptakan pengalaman yang sangat berarti bagi pengguna.

Anda juga perlu memahami bahwa orang membeli seringkali secara tidak sadar. Mereka membeli berdasarkan konten-konten yang kaya yang Anda punya. Semua itu benar-benar berpengaruh terhadap kemungkinan mengubah pembeli Anda menjadi pelanggan.

Saran bagi yang ingin memindahkan bisnisnya ke online

Katz memberi saran bahwa beralih dari bisnis secara fisik (tradisional) ke toko ecommerce harus memahami terlebih dahulu bahwa ini adalah ruang persaingan yang sama sekali berbeda.

Bisnis online lebih gesit dan harus lebih dinamis. Artinya, Anda harus mendengarkan tren yang ada di pasar. Anda perlu merespons secara real time. Anda perlu memahami kekuatan dan kelemahan pesaing Anda dan menanggapinya.

Berbeda ketika Anda memiliki tradisonal, Anda punya pelayan yang berhadapan dengan pelanggan selama berbelanja dan menyampaikan pesan brand serta memahami maksud dan kebutuhan pelanggan, lalu meresponsnya.

Di toko online Anda tidak memiliki pelayan. Nah, Anda bisa melakukannya dengan bantuan teknologi, salah satunya kecerdasan buatan alias AI.

Sampai di sini masih bingung? Tenang saja, jika Anda bergabung dengan sejumlah toko online yang ada, yang sudah populer di Indonesia, mereka tentu saja sudah melengkapi teknologinya dengan kecerdasan buatan. Anda tinggal mengikuti saja langkah-langkah yang disarankan, serta jangan “mager” (malas gerak) untuk belajar kepada toko online yang sudah sukses.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...