Apakah ini gambaran masa depan? Mungkinkah orang-orang akan berjalan dengan “mata ketiga” berteknologi tinggi yang diikatkan di dahi mereka? Mungkin ada yang mengatakannya tidak. Tapi ada juga yang mengatakan bisa saja.
Tapi, seorang perancang industri di Korea Selatan, Paeng Min-wook (28 tahun) telah merancang alat tersebut. Dengan harapan bisa menarik perhatian para pecandu smartphone untuk menggunakannya saat berjalan kaki.
Kecelakaan di jalan biasanya terjadi saat seseorang gagal fokus pada jalan di depan karena sedang menggunakan smartphone. Kebanyakan orang tidak dapat menahan diri untuk menatap handset mereka saat berjalan kaki, padahal di depan mereka ada banyak rintangan seperti tong sampah, bangku, orang nongkrong, hingga kendaraan.
Dari situlah muncul ide yang oleh Min-wook disebut dengan The Third Eye alias Mata Ketiga. Min-wook mengembangkan teknologi bola mata robot yang dapat diikatkan ke dahi oleh pengguna ponsel obsesif sehingga mereka dapat menjelajahi internet ponsel tanpa mengalami kecelakaan saat bepergian.
Perangkat tersebut akan membuka kelopak mata tembus pandang setiap kali merasakan kepala pengguna menunduk untuk melihat smartphone.
Saat pengguna berada dalam jarak satu hingga dua meter dari rintangan, perangkat akan berbunyi bip untuk memperingatkan bahaya yang ada di depan.
“Ini adalah tampilan masa depan umat manusia dengan tiga mata,” kata Paeng, seorang pascasarjana teknik desain inovasi di Royal College of Art dan Imperial College London, sebagaimana dikutip Reuters, 5 Juni lalu.
“Karena kita tidak bisa mengalihkan pandangan dari smartphone, mata ekstra akan dibutuhkan di masa depan,” kata Paeng.
Penemuan Paeng tersebut menggunakan sensor gyro untuk mengukur sudut miring leher pengguna dan sensor ultrasonik untuk menghitung jarak antara mata robot dan rintangan apapun di depannya.
Kedua sensor dihubungkan ke mikrokontroler papan tunggal sumber terbuka, dengan paket baterai.
Ternyata sebagai Sindiran
Namun, alih-alih megkomersilkan penemuannya itu, Paeng justru menyatakan bahwa ‘Mata Ketiga’ hanya dimaksudkan sebagai peringatan, bukan benar-benar solusi bagi para pecandu smartphone. Penemuan ini hanya semacam sindiran.
“Dengan menghadirkan solusi yang menyindir ini, saya berharap orang-orang akan menyadari parahnya kecanduan gawai mereka dan melihat kembali diri mereka sendiri,” kata Paeng.
Selama bertahun-tahun, ada banyak cerita tentang orang-orang yang terjerembab ke kanal saat berjalan di dermaga atau jatuh ke got saat menggunakan ponsel mereka.
Di Honolulu Hawaii bahkan masalah ini dianggap sangat penting sehingga dikeluarkan undang-undang untuk melarang penggunaan smartphone saat menggunakan penyeberangan.
Di tempat-tempat lain telah mengatasi masalah ini dengan berbagai cara seperti memasang lampu berkedip di trotoar untuk memperingatkan pejalan kaki bahwa mereka akan melangkah ke jalan, dan lain sebagainya.
Google sendiri pada awal tahun ini meluncurkan fitur “Heads Up” untuk Android yang mendorong pejalan kaki untuk tetap waspada terhadap lingkungan sekitar mereka