Startup menjadi bisnis menggiurkan di era digital. Tidak hanya di bidang jasa atau layanan keuangan, startup bidang pertanian juga tak kalah menarik. Bahkan diantaranya telah meraup investasi miliaran.
Siapa saja mereka?
1. TaniHub
TaniHub merupakan salah satu dari sekian banyak startup pertanian di Indonesia yang lumayan pesat perkembangannya. Didirikan sejak tahun 2016, TaniHub kini telah membuktikan diri sebagai startup yang memang dibutuhkan. Tidak saja oleh konsumen tapi juga komunitas petani.
TaniHub merupakan bagian dari TaniHub Group yang juga menghadirkan entitas bisnis lain, yakni TaniFund dan TaniSupply.
Hanya saja, fokus TaniHub adalah integrasi platform e-commerce yang menyediakan hasil tani terbaik untuk mempermudah petani menjual hasil panen langsung ke konsumen.
Sementara itu, TaniFund merupakan solusi pembiayaan untuk operasional petani. Ia lebih sebagai platform peer-to-peer lending.
Sedangkan TaniSupply adalah infrastruktur distribusi yang disediakan untuk menghadirkan rantai pasok. Platform tersebut membantu distribusi semua hasil panen dari petani langsung ke pelaku usaha dan rumah tangga.
Saat ini TaniHub melayani wilayah Jabodetabek dan 9 kota besar lain seperti Bandung, Sumedang, Malang, dan Pasuruan. Dalam situs resminya, mereka mengklaim telah mendukung lebih dari 35 ribu petani di Indonesia dengan meningkatkan pendapatan hingga sebesar 50 persen dan peningkatan produksi sebesar 30 persen.
Tercatat, pada 21 Mei 2021 lalu, TaniHub mendapatkan pendanaan seri B sebesar 65,5 juta dolar AS atau setara Rp 942 miliar.
Sebelumnya, platform tersebut juga mendapatkan pendanaan seri A di bulan yang sama pada tahun 2019 sebesar 10 juta dolar AS atau setara Rp 142 miliar. Sebagian dana investasi tersebut berasal dari The DFS Lab, akselerator fintech yang didanai Bill and Melinda Gates Foundation.
2. Kedai Sayur
Startup yang satu ini lebih fokus pada distribusi hasil pertanian berupa sayur-sayuran kepada konsumen. Sistemnya, mengajak tukang sayur bergabung sebagai mitra.
Mitra sayur adalah layanan utama yang dihadirkan untuk memberi kemudahan bagi para ibu rumah tangga yang ingin berbelanja kebutuhan sayuran tanpa perlu bepergian, tapi tetap mendapat kualitas sayur terbaik.
Kedai Sayur mulai dirintis tahun 2016 oleh Adrian Hernanto. Mereka sudah mendapat dua kali pendanaan di tahun 2019 yang keduanya dipimpin oleh East Ventures.
Pendanaan pertama diperoleh Mei sebesar 1,3 juta dolar AS setara Rp 18,5 miliar, dan kedua dilakukan bulan Agustus dengan nominal lebih besar, 4 juta dolar AS atau lebih dari Rp 57 miliar.
3. Crowde
Crowde menyediakan layanan peer-to-peer lending yang dikhususkan bagi para petani dan memungkinkan mereka memperoleh modal usaha ramah petani secara mudah.
Crowde dirintis tahun 2015-2016 oleh Yohanes Sugihtononugroho dan M. Risyad Ganis.
Tahun 2019, Crowde mendapat pendanaan 1 juta dolar AS atau setara Rp 14,2 miliar yang diperoleh dari Mandiri Capital Indonesia.
Jika dihitung, sejak resmi beroperasi tahun 2017, Crowde sudah menyalurkan sekitar Rp 252 miliar pinjaman kepada 5.071 petani di Indonesia.
4. Eden Farm
Fokus Eden Farm adalah menghubungkan masyarakat konsumen dengan petani dan hasilnya secara langsung. Fokus mereka adalah untuk membawa hasil terbaik dari petani lokal ke berbagai restoran dan warung makan yang ada di Indonesia.
Didirikan tahun 2017 oleh David Gunawan, tujuannya agar usaha kuliner di Tanah Air menggunakan bahan-bahan petani lokal.
Eden Farm merupakan penyuplai berbagai jenis sayuran dan bahan makanan beragam seperti sayuran hidroponik, buah, dan bahan kering.
Startup ini telah berhasil mengumpulkan pra-pendanaan sebesar 250 ribu dolar AS (Rp3,5 miliar) pada bulan Agustus 2019. Sebulan kemudian, pada putaran awal pendanaan yang dipimpin oleh Global Funders Capital, Eden Farm berhasil mengumpulkan dana investasi sebesar 1,7 juta dolar AS (Rp 24,2 miliar).
5. eFishery
Industri akuakultur atau budidaya sumber daya pangan perairan juga menarik di Indonesia.
Karena itu, eFishery hadir. Ia menjadi perusahaan berbasis teknologi yang fokus pada bidang budidaya perairan laut maupun tawar seperti ikan, udang, tiram, rumput laut, dan lain sebagainya.
Didirikan tahun 2013 di Bandung oleh Gibran Huzaifah, eFishery memiliki tiga fokus pengelolaan bisnis, yakni eFisheryFeeder, eFisheryFresh, serta eFisheryFeed dan eFisheryFund.
eFisheryFeeder membantu para pembudidaya sumber pangan air agar lebih mudah mengelola usaha budidaya dengan peralatan penunjang yang bisa dikontrol melalui ponsel pintar.
eFisheryFresh adalah sarana yang menjadi penghubung antara pembudidaya dengan masyarakat yang ingin mendapat berbagai jenis ikan segar.
Layanan mereka sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Sumatera dan Maluku.
Pada tahun 2018 mereka mendapat pendanaan sebesar 4 juta dolar AS (Rp 57 miliar) yang berasal dari beberapa investor, di antaranya Social Capital dan Triputra Group.
Sementara pada tahun 2020, pendanaan seri B yang tidak disebutkan nominalnya juga didapat eFishery dari Go-Ventures sebagai perusahaan modal ventura dengan Gojek sebagai investor utama.
Saat ini, eFishery telah berhasil menjalankan proyek dan operasional di negara lain seperti Bangladesh, Thailand, dan Vietnam.