Ekonomi Islam tidak saja berpengaruh bagi kehidupan lebih dari 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia, tapi juga terbuka bagi semua konsumen yang memahami bagaimana sebuah produk itu harus diproses dengan halal dan baik.
Ekonomi Islam bisa digambarkan sebagai cara hidup, baik melalui produk, layanan, maupun proses yang halal, etis, sehat dan ramah lingkungan.
Salah satu jenis produk yang berkembang di kalangan Muslim di berbagai negara di dunia adalah fesyen atau busana.
Di Inggris misalnya, dalam beberapa tahun terakhir, negara itu telah menjadi salah satu pusat pasar bagi busana muslim global bernilai miliaran dolar.
Populasi Muslim setempat yang terus tumbuh, yang terdiri dari anak-anak muda dan kaya, membuat kota-kota di Inggris seperti London dan Birmingham khususnya, muncul sebagai pusat industri kreatif bagi busana muslim.
Ekspor Inggris ke 57 negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam) pada 2019 diperkirakan mencapai USD 328 miliar, menurut data ITC Trademap. Dan, Inggris adalah pengekspor pakaian terbesar ke-14 ke negara-negara OKI dan diperkirakan akan terus tumbuh.
“Sebagai pemain fesyen global, dan rumah bagi populasi imigran Muslim, Inggris telah memengaruhi pertumbuhan pasar busana muslim secara global,” kata Aaliya Mia, pengamat mode Islami dari perusahaan riset Dinar Standard, mengutip Arabian Business.
Menurut laporan terbaru State of the Global Islamic Economy terbaru, pengeluaran umat Muslim untuk pakaian dan alas kaki di seluruh dunia bernilai USD 283 miliar pada tahun 2018, dan akan terus tumbuh menjadi USD 402 miliar pada tahun 2024.
Oleh karena itu, ekonomi Islam di Inggris mengalami pertumbuhan cepat, dan menciptakan banyak peluang bagi berbagai merek dan bisnis di sana.
Muslim Inggris sendiri berkontribusi sekitar USD 46,5 miliar untuk ekonomi nasional pada tahun 2014, menurut Dewan Muslim Inggris.
Menurut data resmi pemerintah Inggris, pada tahun 2018 dan 2019 ada sekitar 3,1 juta Muslim yang tinggal di Inggris, dan lebih dari sepertiganya berusia di bawah 16 tahun.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa London merupakan rumah bagi hampir 1,26 juta Muslim atau 14,2 % dari populasi ibu kota.
Jadi, di dalam negeri saja para produsen utama di Inggris sudah sibuk melayani pasar busana muslim yang cukup besar, belum lagi melayani wisatawan internasional.
Meskipun pandemi Covid-19 kini membuat para produsen busana muslim harus beradaptasi dengan ledakan e-commerce yang bakal menguji mereka selama beberapa bulan lagi ke depan.
Sejumlah merek busana muslim terkenal lahir Inggris
Sejumlah merek fesyen Islami lahir di Inggris. Salah satunya Aab yang diluncurkan pada tahun 2007 dan menjadi fenomenal satu dekade kemudian ketika berkolaborasi besar-besaran dengan department store Inggris, Debenhams.
Yang lain misalnya, Islamic Design House dan Inayah yang berbasis di London, adalah contoh sukses industri kreatif busana muslim. Sementara, desainer Anas Sillwood yang lahir dan besar di Inggris adalah pendiri merek pakaian Syukr yang berbasis di Yordania.
Selain itu, media mode Inggris, event, dan ekosistem pendidikan di negara tersebut juga berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
Pada tahun 2018 lalu, Vogue Inggris pernah menempatkan model Somalia-Amerika, Halima Aden, sebagai wanita pertama yang mengenakan jilbab di sampulnya. Setahun sebelumnya, “London Modest Fashion Week” diluncurkan.
“Secara keseluruhan, Inggris telah memainkan peran penting dalam pertumbuhan mode busana muslim dan memberi pengaruh besar,” kata Mia.
Menurut Alia Khan, ketua Dewan Mode dan Desain Islam yang bermarkas di Dubai, bukan rahasia lagi bahwa Inggris selalu menjadi pasar penting untuk busana muslim.
“Ada basis konsumen yang sangat kuat di Inggris dan mereka memiliki pengaruh untuk mendorong tren dan permintaan, ini merupakan peluang yang menarik bagi para pelaku industri (busana muslim),” katanya.
Khan memperkirakan bakal adanya peningkatan permintaan dari Inggris dan dunia global untuk busana muslim.
“Dalam kehidupan baru yang kami saksikan sebagai akibat dari pandemi, orang-orang yang mengenakan pakaian yang sopan akan melayani Zoom meeting dengan baik. Itu adalah gaya hidup baru yang perlu dipertimbangkan oleh para perancang busana muslim,” katanya.
Fakta dan data di atas seharus bisa menjadi peluang bagi pelaku industri busana muslim di Indonesia, terutama bagi para pengusaha Muslim. Bukan sebaliknya, malah menjadi target pasar, mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Apakah kita siap?