Makna Lailatul Qadar bagi Kalangan Sufi

Siapa yang menjumpai malam itu, maka baginya anugerah kebaikan seribu bulan

Ada suatu malam di antara malam-malam di bulan Ramadhan yang dipenuhi keberkahan dan kemuliaan, yaitu malam lailatul qadar. Siapa yang menjumpai malam itu, maka baginya anugerah kebaikan seribu bulan.

Lalu, kaum muslim berlomba-lomba mendapatkannya dengan melakukan berbagai kegiatan ibadah di malam hari. Biasanya pada 10 malam hari terakhir bulan Ramadhan, terkhusus lagi di malam-malam ganjil.

Lailatul Qadar adalah malam di mana dulu Allah menurunkan Alquran dari Lauhul Mahfudz di langit ke tujuh ke langit pertama.

“Sungguh telah kami turunkan Alquran pada malam lailatul qadar,” (QS. Al-Qadr: 1).

Dalam sejumlah riwayat digambarkan, pada malam ini malaikat Jibril atas perintah Allah turun ke bumi membawa ketenangan bagi semesta alam.

Sebab itu pada malam tersebut, langit, binatang-gemintang, angin, bahkan semua mahkluk seakan tertunduk sunyi, menikmati pancaran energi ilahiah di malam lailatul qadar. Tentu tidak semua orang bisa merasakan nikmatnya malam lailatul qadar, apalagi hanya mengandalkan indera fisik.

Apa Makna Lailatul Qadar bagi Sufi?

Syekh Abu Thalib al-Makki, sufi besar, pengarang kitab ‘Qutub al-Qulub bi Mu’amalati al-Mahbub’ yang menjadi panduan bertarekat para sufi, menjelaskan dalam kitabnya tersebut bahwa, “Sebagian ulama mengatakan bahwa bagi seorang arif semua malam adalah malam lailatul qadar.”

Komentar
Loading...