Makna Dzikir Yang Lebih Luas

Dzikir secara bahasa artinya menyebut dan mengingat

Dzikir secara bahasa artinya menyebut dan mengingat. Keduanya sebenarnya berkaitan, karena sesuatu yang disebut itu berarti diingat. Sedangkan sesuatu yang diingat sering kali disebut baik itu melalui lisan, pikiran ataupun qalbu.

Dzikrullah itu bisa berarti menyebut-nyebut asma Allah, mengingat-Nya atau segala hal yang berkaitan dengan-Nya baik itu melalui lisan, dalam pikiran maupun dalam qalbu.

Jadi secara umum, dzikir itu bisa dilakukan dengan lisan yakni dengan mengucap dan menyebutnya. Misalnya, dzikir ismudz Dzat (Allah), Asmaul Husna, tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah), tahlil (Laa Ilaha illa Allah), Takbir (Allahu Akbar), Hauqala (laa Haula wa la quwwata Illa Billah), tilawah Al Qur’an dan lain sebagainya.

Lalu, yang kedua dzikir dalam arti mengingat. Baik itu mengingat Ke-Esa-an Allah, kebesaran-Nya serta Kekuasaan-Nya. Dzikir yang tidak dengan menyebut ini memiliki ruang yang lebih luas. Karena mengaitkan segala hal dengan Allah termasuk dzikir.

Penulis Tafsir Al Misbah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab menyebut bahwa belajar pun termasuk dzikir. Itu sebabnya ahli ilmu itu disebut Ahlu Adz Dzikr.

Melihat alam raya kita bisa menyaksikan kehebatan dan kekuasaan-Nya. Melihat, mendengar ataupun merasakan peristiwa dan kejadian juga bisa menunjukkan kita akan kuasa-Nya.

Dengan kata lain menghubungkan segala sesuatu yang kita temukan dengan Allah itu juga disebut dzikir. Karena semua hal yang terhampar di alam raya itu bisa mengantar seseorang mengingat-Nya. Termasuk ucapan dan perbuatan yang Allah sukai dan ridhai. Ini arti dzikir yang lebih luas.

Jadi jangan katakan dzikir itu hanya dengan lisan. Sebab dzikir dengan lisan pun sudah sepatutnya disertai dzikir dengan qalbu. Bukan hanya sekedar terucapnya suara. Yakni dengan tetap mengagungkan-Nya, merasa diri hina dan butuh kepada-Nya serta dalam keadaan ikhlas.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...