Kota Kasino Gelar Pengajian Akbar
Hadiri lebih dari 250 jamaah dari berbagai majelis taklim yang ada di Macau
MACAU – Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sebuah peribahasa yang mengajarkan agar kita selalu mengikuti adat kebiasaan baik di tempat kita berada.
Bagi orang Indonesia yang bekerja di luar negeri biasanya tetap memegang prinsip ketimuran yang sopan santun. Tidak lantas di negeri orang menjadi bebas tidak beraturan seakan mumpung tidak ada yang kenal. Apalagi bagi orang Indonesia yang muslim, tentunya tetap menjaga dan memegang teguh keyakinannya, mana yang dibolehkan dan mana yang diharamkan dalam ajaran Islam.
Macau, memang dikenal sebagai pusat kasino di Asia. Macau mempunyai daya tarik bagi para pengunjungnya yang datang dari berbagai negara untuk ikut bermain judi di tempat yang representatif. Pengunjung dibuat nyaman dengan fasilitas free soft drink. Dengan pengawalan bodyguard yang super ketat, tidak sembarangan orang boleh mengambil gambar di dalam area Casino.
Siapa pun boleh masuk, meskipun hanya sekedar melihat-lihat saja, atau hanya sekedar numpang minum kopi gratis di dalam area Casinonya. Namun, anak di bawah umur 18 tahun harus memperlihatkan identitas dirinya.
Sebagai daya tarik, pengunjung dimanjakan dengan pemandangan air mancur yang menari, meliuk ke sana ke mari sesuai irama lagu yang sedang diputar. Lalu untuk sampai Casino disediakan pula gondola gratis. Di samping itu, permainan judi dikemas sedemikian rupa dalam berbagai konsep, ada yang seperti game dingdong, domino, remi, tebak angka, putar dadu dan lain sebagainya.
Walau demikian, orang Indonesia yang bermain judi di Casino terhitung sedikit saja, itupun golongan orang-orang kaya. Demikian informasi yang didapatkan dari Bu Binti – Buruh asal Tulung Agung Jawa Timur yang sudah 15 tahun bekerja di Macau sebagai BMI (Buruh Migran Indonesia).
Sesuai plesetan singkatannya, BMI bisa juga diartikan Berusaha Mempertahankan Iman. Dengan semangat itulah maka para pekerja Indonesia di Macau ini selalu mengadakan pengajian setiap libur kerja. Seperti pada hari Ahad, 3 Maret 2019 digelar pengajian akbar yang bertempat di gedung Pak Wai.
Dengan tema menyambut Ukhuwah Tali Persaudaraan di Macau. Hadiri lebih dari 250 jamaah dari berbagai majelis taklim yang ada di Macau, termasuk 25 Jamaah Irsyad yang datang dari Hong Kong.
Jumlah tersebut merupakan perkiraan jamaah yang hadir, ditandai dengan list daftar hadir jamaah dan 11 box habisnya air mineral ukuran sedang berisi 24 botol perdusnya yang dibagikan kepada setiap jamaah yang datang.
Penggunaan gedung pak Wai ini pun sudah dipesan jauh-jauh hari. Minimal 4 bulan sebelum acara sudah memesan, jika kurang dari itu, sulit untuk mendapatkan sewa gedung di Macau. Itupun hanya hitungan jam saja, karena begitu acara selesai, sudah ada acara lain yang siap masuk menggunakan gedung tersebut.
Acara Pengajian Akbar berlangsung dari Pukul 14.00 – 17.00 dengan biaya sewa 2.500 MOP atau sekitar Rp. 4.500.000 an. Dimeriahkan dengan penampilan bacaan al Quran, sari tilawah, shalawatan dari setiap perwakilan organisasi pengajian yang ada di Macau, dan ustadz dari Indonesia untuk menyampaikan Ceramah. Pengajian ini sekaligus memperingati 14 tahun berdirinya Majelis Taklim Irsyad di Macau dan MT Irsyad di Hong Kong.
Dalam sambutannya, Siti Arofah berharap bahwa dengan pengajian ini dapat mempererat tali silaturrahmi sesama pekerja Indonesia yang bertugas membawa nama baik negara dan tetap menjaga persaudaraan meskipun berbeda dalam pendapatan.
Dalam kesempatan tersebut saya mengajak para jamaah untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah dan menguatkan qalbu agar tidak terpengaruh dengan budaya kemaksiatan, selalu bersama dalam pengajian agar tidak merasa ekskusif dan merasa diri paling benar. Serta selalu menyambung tali silaturahmi kepada siapa saja yang telah memutuskan hubungan, memaafkan orang yang melakukan hoax kepada dirinya, dan memberikan kepada orang yang tidak pernah memberi apapun kepadanya.