Kiai Marogan, Ulama Kharismatik Asal Palembang

Kiai Marogan dikategorikan sebagai salah seorang guru tarekat Sammaniyah

Di Kota Palembang terdapat masjid dan makam Kiai Marogan yang menjadi destinasi wisata ziarah yang hampir setiap hari selalu ramai diziarahi. Masjid Kiai Muara Ogan yang didirikan pada tahun 1870 merupakan peninggalan ulama besar Palembang yaitu KH. Masagus Abdul Hamid bin KH. Mgs. Abdul Mahmud atau lebih dikenal dengan julukan Kiai Marogan.

Julukan Kiai Marogan dikarenakan lokasi masjid dan makamnya terletak di Muara sungai Ogan, anak sungai Musi, Kertapati Palembang. Mengenai waktu kelahirannya, tidak ditemukan catatan yang pasti. Ada yang mengatakan, ia lahir sekitar tahun 1811 dan ada pula tahun 1802 sementara wafatnya dalam usia 89 tahun, maka yang diduga kuat adalah ia lahir tahun 1802 dan meninggal dunia pada 17 Rajab 1319 H yang bertepatan dengan 31 Oktober 1901.

Dalam buku karya Martin Van Bruinessen, “Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat”, Kiai Marogan dikategorikan sebagai salah seorang guru tarekat Sammaniyah. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam, tarekat Sammaniyah telah menyebar secara luas. Ajaran tarekat ini dibawa oleh Syaikh Abdul ash-Shomad al-Palimbani yang merupakan murid pendiri tarekat Sammaniyah, yaitu Syaikh Muhammad Abdul Karim Samman.

Di antara ajaran atau wiridan Kiai Marogan yang masih dipakai hingga sekarang adalah dzikir “Laa ilaaha Illallahul Malikul Haqqul Mubin Muhammadur Rasulullah Shadiqul Wa’dil Amin”. Dahulu, zikir ini menjadi pertanda bagi penduduk setempat bahwa Kiai Marogan melewati daerahnya. Beliau beserta para muridnya sambil mengayuh perahu mengucapkan zikir tersebut berulang-ulang dengan suara keras di sepanjang perjalanan sungai ketika berdakwah ke pedalaman Sumatera Selatan.

Amalan zikir ini hingga sekarang masih dibaca oleh masyarakat Palembang, khususnya bagi ibu-ibu sambil menggendong bayinya dengan irama yang khas dan berulang-ulang. Zikir ini juga dipakai penduduk untuk mengantarkan mayit (jenazah) sambil mengusung keranda sampai ke pemakaman.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...