Ketika akan mendirikan sebuah usaha mungkin Anda bertanya, manakah yang efektif, mendirikan usaha bersama atau sendirian?
Tentu saja ada banyak contohnya, perusahaan yang didirikan oleh satu orang dan ada juga yang didirikan berdua. Keduanya sama-sama sukses.
Lalu, manakah yang efektif dan lebih untung? Tentu saja jawabannya relatif. Tetapi, ada yang mengatakan bahwa penting bagi wirausahawan memiliki pengganda kekuatan. Artinya, di sini penting keberadaan partner dalam membangun perusahaan.
Contoh di tingkat global untuk pendiri perusahaan tunggal misalnya, Jeff Bezos yang mendirikan Amazon, lalu ada Elon Musk mendirikan Space X, dan lain-lain.
Tapi jangan salah, banyak juga perusahaan besar dan tangguh yang didirikan secara bersama seperti Google yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin, lalu Apple oleh Steve Jobs , Steve Wozniak dan Ronald Wayne, serta Microsoft oleh Bill Gates dan Paul Allen.
Di luar perusahaan teknologi, ada perusahaan es krim terkenal Ben & Jerry’s yang didirikan oleh Ben Cohen dan Jerry Greenfield, lalu perusahaan barang konsumen terkemuka dunia Procter & Gamble (P&G) yang didirikan oleh William Procter dan James Gamble. Ini menegaskan kekuatan sebuah usaha yang didirikan secara bersama.
Di tengah kisah sukses orang-orang seperti Vjay Shekhar Sharma yang mendirikan dompet digital PayTM, ternyata juga ada perusahaan seperti Motilal Oswal yang didirikan oleh Motilal Oswal dan Raamdeo Agrawal, atau ada startup pada bidang pengiriman makanan, Zomato yang didirikan oleh Deepinder Goyal dan Pankaj Chaddah.
Apa keuntungannya?
Saling Menguatkan
Menurut studi pada berbagai perusahaan yang dijalankan oleh dua orang atau lebih pendiri, menunjukkan fakta bahwa peran salah satu pendiri atau istilahnya co-founder dalam perusahaan sangat membantu.
Bukan saja sekadar untuk saling mengisi dari segi keterampilan dan pengalaman, karena bukan itu tujuan utamanya. Faktanya, mendirikan usaha bersama-sama dengan kolega itu bukan tentang keahlian, pengalaman, dan strategi tertentu yang dibawa masing-masing.
Harus ada saling mengisi peran yang bisa jadi, dapat dipertukarkan satu sama lain, utamanya untuk mengatasi situasi sulit saat berurusan dengan pemangku kepentingan atau investor dari luar (eksternal).
Seorang co-founder bisa bertindak sebagai jangkar untuk menjaga pendiri yang lain agar tetap “membumi”, ketika terlalu banyak hal yang terjadi pada perusahaan di saat yang bersamaan.
Dengan catatan, untuk mencapai kondisi yang demikian tentu saja dibutuhkan ekosistem perusahaan yang terbuka, dan memberi kepercayaan kepada para co-founder.
Keputusan mereka perlu dihormati. Karena itu, harus ada ruang terbuka untuk berdebat atau pertukaran pandangan yang sehat di antara para pendiri tersebut.
Namun, setiap co-founder juga harus menghormati batasan-batasan tertentu, dalam rangka mengembangkan rasa memiliki terhadap perusahaan dan meningkatkan rasa saling percaya serta hormat satu sama lain.
Saling Menguntungkan
Sebab, esensi hubungan antara pendiri atau co-founder haruslah simbiosis mutualisme alias saling menguntungkan. Jadi jelas, sikap diktator dalam hubungan di antara para pendiri, di mana seorang pendiri mengambil semua keputusan dan yang lainnya tidak menantang. Hal tersebut akan berdampak buruk pada masalah transparansi, dan justru membuat takut stakeholder eksternal seperti investor, selama proses pengambilan keputusan.
Tanpa ekosistem keterbukaan yang baik, co-founder yang memiliki gelombang yang berbeda dengan yang lainnya dapat menyebabkan peningkatan konflik dan perselisihan.
Jika demikian, kesan kurang baik pada manajemen perusahaan, cepat atau lambat tercipta di antara para karyawan dan pelanggan. Hal ini terbukti merugikan pertumbuhan dan perkembangan bisnis dalam jangka panjang. Karena itulah tata kelola perusahaan yang relevan dengan keberadaan para co-founder perlu dipikirkan dengan matang sebelumnya.
Tapi, bagaimanapun keuntungan atau nilai positif memiliki co-founder dalam membangun sebuah usaha, selalu lebih besar ketimbang sisi negatifnya.
Jadi sebetulnya, dalam hal ini peran co-founder dengan sejumlah tanggung jawabnya, lebih terkait pada masalah kecerdasan emosional ketimbang kecerdasan intelektual, yang mendorong perusahaan maju dan berkembang sesuai dengan visi, tujuan, dan semangat bersama.