Ketika Perang Bergeser ke Medsos, Facebook Tutup Halaman Pro-Israel
Raksasa media sosial Facebook menghapus halaman pro-Israel minggu lalu. Halaman bernama The Jerusalem Prayer Team (JPT), yang memiliki puluhan juta pengikut itu ditutup tepat pada hari Jumat.
Namun, pendiri halaman, Michael Evans, menuding bahwa penutupan halaman tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh para Islamis ekstrim.
Kepada The Christian Broadcasting Network (CBN), Evans mengatakan bahwa ada upaya terorganisir dari para Islamis untuk menyerang halaman tersebut.
Halaman JPT ditutup oleh Facebook di tengah kerusuhan yang tengah berlangsung di Jalur Gaza antara Palestina dan Israel.
Secara terpisah, Evans juga mengatakan bahwa beberapa konten yang diposting di halamannya mengandung konten sangat anti-Semit, termasuk foto-foto Hitler.
“Itu benar-benar penipuan,” kata Evans kepada CBN.
Menurut dia, para pengikut halaman, yang sudah memposting lebih dari 1 juta komentar di situs tersebut, telah menghubungi Facebook untuk mengatakan bahwa mereka tidak pernah menulis di situs tersebut.
Selama ini, Evans dilaporkan telah memimpin doa secara online untuk Israel setiap hari di tengah pertempuran yang sedang berlangsung.
Pada hari Rabu (19/5) Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meningkatkan retorikanya ketika konflik mematikan terus berlanjut di Jalur Gaza, meskipun ada permintaan dari AS untuk mengurangi operasi yang telah mengakibatkan ratusan korban jiwa.
Israel masih terus menggempur Hamas di Gaza melalui serangan udara, sementara militan Palestina itu membombardir Israel dengan tembakan roket sepanjang hari. Di sisi lain, militan di Lebanon juga menembakkan serangan roket ke Israel utara.
Pertempuran antara Israel dan Hamas dimulai sejak 10 Mei lalu, ketika kelompok militan Hamas menembakkan roket jarak jauh ke arah Yerusalem setelah terjadi bentrokan berhari-hari antara pengunjuk rasa Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al-Aqsa, situs suci yang dikeramatkan umat Yahudi dan Muslim.
Selain perang fisik, perang psikologis dan argumentasi juga terjadi di media sosial. Facebook yang dikenal sebagai produk Yahudi tak bisa menghindar untuk menjadi medan ‘perang’ opini. Termasuk juga Youtube, Twitter, dan sebagainya.
Sejumlah kalangan bahkan mengimbau, agar selain membantu dengan doa, minimal bisa membantu saudara-saudara di Palestina melalui ‘perang opini’ di media sosial, meskipun sebagian besar platform media sosial, termasuk Facebook, adalah milik Yahudi.