Ini bukan kisah tentang Syekh Siti Jenar, sufi yang diganjar hukuman oleh Walisongo gegara ajarannya “Manunggaling Kawula Gusti” dianggap menyimpang. Ajaran yang meyakini bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan itu, menimbulkan polemik di masyarakat.
Meskipun para pendukung Syekh Siti Jenar menyebut bahwa ia tidak pernah menganggap dirinya sebagai Tuhan. ‘Manunggaling kawula gusti’ bukan bercampurnya Dzat Tuhan dengan makhluk-Nya, tapi sifat-sifat Tuhan yang memancar pada manusia ketika manusia sudah melakukan proses fana` atau menghancurkan sifat-sifat buruk pada dirinya.
Tapi yang dialami seorang pria di Amerika ini bukan karena keyakinan tentang ‘manunggaling kawula gusti’. Dia justru seorang ateis, tidak mempercayai adanya Tuhan, tapi anehnya dia ke mana-mana mengendarai mobilnya dengan plat nomor “IM GOD” atau “Saya Tuhan”.
Pria itu bernama Hart, mengakui dirinya seorang Ateis. Sebagaimana dikutip CNN, ia telah lama tinggal di Ohio, AS dan selama satu dekade berkendara dengan mobilnya yang berplat “IM GOD”.
Ketika dia pindah rumah ke Kenton County, Kentucky, pada tahun 2016, Hart mengajukan permohonan untuk tetap memiliki plat nomor kendaraan yang sama. Namun, otoritas transportasi di sana mengiriminya surat yang menolak permintaannya.
Alasannya, plat kendaraan tersebut “tidak memiliki selera yang baik dan akan menimbulkan potensi gangguan di tengah masyarakat atau gangguan atas pengemudi lain yang mungkin melakukan konfrontasi”.
Namun kejadian penolakan yang menimpa hart ditanggapi oleh Freedom from Religion Foundation dan ACLU, sebuah lembaga yang mengurusi soal kebebasan beragama. Mereka mengajukan gugatan atas nama Hart dengan tuduhan pelanggaran terhadap hak Amandemen Pertama, sebuah konstitusi yang mengatur kebebasan beragama di Amerika Serikat.
Gugatan yang diajukan diterima pengadilan setempat. Seorang hakim telah menganjar otoritas transportasi Kentucky agar membayar lebih dari 150 ribu USD untuk biaya pengacara Hart. Setelah putusan pengadilan tersebut, Hart diizinkan untuk mendapatkan kembali plat nomornya.
“Saya bersyukur, akhirnya memiliki kesempatan yang sama untuk memilih pesan pribadi pada plat nomor saya seperti halnya pengemudi yang lain,” kata Hart.
Di dalam masyarakat Amerika Serikat adalah hal lazim bahwa pandangan dan keyakinan mengenai kepercayaan agama itu tunduk pada interpretasi individu. Namun demikian, di tengah masyarakat liberal, cara-cara yang atraktif dalam menunjukkan suatu keyakinan individu, termasuk mengekspresikan ateisme dalam plat nomor mobil tetap saja mengkhawatirkan. Karena bisa saja menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, apalagi menyinggung soal Tuhan. Kalau hidup di era Syekh Siti Jenar, mungkin Hart sudah mendapat hukuman.