Kenapa Turki Ingin Hagia Sophia Kembali Menjadi Masjid?

Ottoman mengubah bangunan itu menjadi masjid, bukan meruntuhkannya

Bangunan tersebut dibangun pada abad ke-6 di masa kekaisaran Kristen Byzantine dan Muslim Ottoman.

Usia bangunan Hagia Sophia diperkirakan lebih dari 1.478 tahun. Menurut catatan sejarah, bangunan itu selamat ratusan kali dari musibah bencana alam.

Ukuran bangunan yang besar, usianya yang sangat tua, kemegahannya, arsitektur dan atmosfir keajaibannya, menjadikan Hagia Sophia sebagai sebuah tempat unik di dunia yang membawa daya tarik wisatawan mancanegara.

Secara umum, pembangunan Hagia Sophia dilakukan dalam tiga tahap. Cikal bakal bangunan tersebut sebetulnya sudah dibangun sejak tahun 360 Masehi, namun masih terdiri dari atap kayu. Awalnya, Hagia Sophia adalah sebuah gereja, tapi kemudian dibakar dalam sebuah kerusuhan pada tahun 404.

Di bawah kepemimpinan Theodosius II, Hagia Sophia dibangun kembali menjadi sebuah gereja yang sangat besar (basilica) pada tahun 415. Namun bangunan itu kembali dibakar dalam pemberontakan Nika melawan Justinian pada tahun 523.

Sekitar 45 hari setelah pemberontakan, Justinian membangun kembali Hagia Sophia. Ia lalu membuka bangunan tersebut untuk umum pada tahun 537.

Setelah menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1.453, Sultan Ottoman, Mehmed II segera menuju Hagia Sophia. Ia tidak menghancurkannya, namun memerintahkan agar bangunan itu diubah menjadi masjid, sebagai simbol kemenangan Islam atas Konstantinopel.

Selanjutnya, selama berabad-abad, para arsitek ditunjuk untuk melakukan pemugaran dan penambahan elemen-elemen Islam pada bangunan tersebut. Mereka menambahkan menara, mihrab, dan banguanan dibuat menghadap ke arah kiblat di Mekah, yaitu 10 derajat selatan poros utara bangunan.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...