Kenapa Kerja Jarak Jauh Sulit Diterapkan Permanen?

Pandemi Covid-19 membuat banyak perusahaan untuk sementara menerapkan sistem kerja jarak jauh (Work from Home). Tapi meski ada beberapa perusahaan yang sudah memutuskan bakal menerapkan WFH permanen, agaknya sulit jika sistem ini diterapkan kepada semua perusahaan.

Kenapa demikian? Tentu ada berbagai alasan, dan ini bukan hanya soal produktivitas perusahaan.

Perusahaan semisal Facebook, Twitter dan Slack, serta sejumlah perusahaan non-teknologi lainnya seperti Nationwide, telah menerima perubahan tersebut, bahkan memutuskan untuk menerapkan sistem kerja jarak jauh secara permanen.

Tapi, ternyata sebagian besar perusahaan berencana hanya akan menerapkan sistem kerja jarak jauh ini untuk jangka pendek. Mereka telah memberi tahu para karyawannya untuk bersiap kembali ke kantor pada waktunya.

Kenapa demikian?

Ini bukan soal kekhawatiran pemimpin perusahaan tentang produktivitas para karyawannya jika tidak bekerja di kantor. Itu bukanlah alasan utama. Alasannya jauh lebih kompleks, yang membuat kerja jarak jauh secara permanen sulit dilakukan oleh sebagian besar perusahaan. Dikutip dari forbes.com, ini di antara alasannya:

Masa Sewa Kantor

Apabila kita membuat perusahaan saat ini, kemungkinan besar yang kita pikirkan, bagaimana menerapkan sistem kerja jarak jauh. Tetapi, banyak perusahaan yang sebelum pandemi datang, terlanjur sudah melakukan tanda tangan kontrak sewa kantor mereka.

Perusahaan sosial media Pinterest misalnya, telah membayar sewa hampir USD 90 juta untuk kantornya di San Francisco. Sementara, perusahaan juga harus memikirkan banyak biaya ketika memilih sistem kerja jarak jauh.

Perjanjian sewa komersial biasanya berjangka panjang, banyak perusahaan yang sudah sewa kantor untuk jangka waktu tiga hingga sepuluh tahun ke depan. Jadi, ini salah satu alasannya.

Meski begitu, tidak mungkin para CEO dan pemimpin perusahaan hanya duduk-duduk saja, menunggu kehidupan kembali normal.

Banyak perusahaan, seperti Microsoft, yang telah mengumumkan rencana kerja “hybrid” alias perpaduan kerja jarak jauh dan kerja di kantor. Kantor yang ada, nanti berfungsi hanya sebagai tempat berkolaborasi sesuai kebutuhan.

Model ini nantinya, dapat memanfaatkan ruang kantor yang ada sekaligus mengakomodasi fleksibilitas kerja jarak jauh dari rumah yang telah menjadi kebiasaan para karyawan selama beberapa bulan terakhir.

Aspek Budaya dan Sosial

Hal yang paling sulit untuk ditiru dari lingkungan kantor bukanlah soal produktivitas kerja. Sebab, berkat platform kolaborasi lewat cloud, para karyawan bisa berkomunikasi dan bekerja bersama dari mana saja.

Tapi sayangnya, hal yang sama tidak berlaku untuk aspek sosial di dalam pekerjaan.

Tidak ada cara yang efektif untuk duduk bersama, membangun hubungan sosial yang hangat dengan orang yang baru dikenal, melalui virtual.

Memang ada upaya misalnya, zooming makan siang bersama dan lain sebagainya, tetapi aktivitas tersebut tidak dapat meniru spontanitas atau kedalaman hubungan ketika bertemu di ruang kerja secara fisik.

Hubungan semacam ini sangat berharga karena banyak alasan. Sebab apapun persahabatan di tempat kerja itu penting untuk kebahagiaan karyawan.

Dengan bertemu fisik mereka juga dapat membuka ide-ide baru, mengembangkan pertukaran budaya, berbagi pengetahuan pada seluruh tim, dan ini juga bisa membuat karyawan tetap berkomitmen pada perusahaan selama masa-masa sulit.

Tidak Semua Karyawan Lebih Menyukai Pekerjaan Jarak Jauh

Jajak pendapat Gallup baru-baru ini menunjukkan, mayoritas (60%) karyawan mengatakan mereka berharap untuk terus bekerja dari jarak jauh meski setelah pandemi selesai. Tapi, ada 40% sisanya, yang ingin melanjutkan pekerjaan di kantor.

Mungkin, mereka menemukan beberapa kendala dengan bekerja di rumah. Misalnya, ada karyawan yang tinggal di sebuah rumah kecil dan tidak bisa mengorbankan sebagian ruangannya untuk tempat kerja.

Atau ada juga karyawan yang tinggal sendirian di rumah, dan bergantung secara sosial pada tempat kerja atau kantornya. Selebihnya, karena berbagai alasan mereka merasa lebih nyaman bekerja di kantor.

Oleh karena itu, meski ada banyak keuntungan dari sistem kerja jarak jauh, tapi bahwa menutup kantor menjadi perusahaan virtual tentu bukan pilihan terbaik bagi semua karyawan.

Untuk karyawan model ini, sistem kerja hybrid mungkin bisa menjadi pilihan yang baik setelah pandemi.

Untuk semua alasan di atas, tentu ada banyak alasan lain yang mendukung agar bekerja secara jarak jauh bisa dilakukan lebih permanen.

Ada banyak keuntungan, misalnya untuk meningkatkan keseimbangan antara kehidupan kerja dan keluarga. Dengan bekerja di rumah akan lebih banyak waktu bersama keluarga.

Dari sisi lingkungan hidup misalnya, bekerja di rumah mengurangi orang menggunakan kendaraan sehingga mengurangi polusi dan membuat atmosfer bumi menjadi lebih sehat dari sebelumnya.

Dan yang pasti, teknologi masa depan akan mampu mengakomodasi sistem kerja jarak jauh yang dapat mengkolaborasikan antara produktivitas kerja dengan kebutuhan sosial karyawan.

Tapi, bagaimanapun sangat penting bagi para pemimpin bisnis untuk membuat keputusan tentang penerapan kerja jarak jauh secara lebih permanen, dengan tidak hanya mempertimbangkan masalah produktivitas semata. Banyak hal yang harus menjadi pertimbangan.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...