Jejak Islam di Bumi Hindustan

Menyebut Islam di bumi Hindustan alias India perhatian orang biasanya langsung tertuju pada Taj Mahal. Iya, Taj Mahal memang menjadi salah satu simbol kejayaan Islam di negeri Bollywood itu, sekaligus juga sebagai simbol akulturasi budaya dan kuatnya toleransi antar umat beragama di negeri tersebut.

Islam bukan agama mayoritas di India, kebanyakan penduduk India menganut agama Hindu. Pemeluk Islam menduduki jumlah terbesar kedua. Namun, karena India adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, melebihi satu miliar, maka India termasuk negara dengan penduduk Muslim terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan.

Jejak Islam di bumi Hindustan amat panjang, sejak ribuan tahun silam. Salah satu versi catatan sejarah menyebut Islam pertama kali datang ke India pada abad ke-7 M.

Sahabat Rasulullah Saw Malik bin Dinar beserta 20 sahabat yang lain, disebut sebagai generasi awal yang menyebarkan Islam di negeri itu. Saat itu kafilah tersebut menjejakkan kaki di Kodungallur, Kerala. Dari wilayah ini, Islam menyebar ke seantero India.

Menurut catatan lain, seperti dikutip dari Population by Region in India, peranan Muslim di India setidaknya dapat dicatat dalam empat tahapan.

Pertama, era sebelum Kerajaan Mogul (705-1526). Kedua, era kekuasaan Kerajaan Mogul (1526-1858). Ketiga, era kekuasaan Inggris (1858- 1947). Dan keempat, era India sekuler (1947-sekarang).

Sebetulnya, jauh sebelum Kerajaan Mogul berdiri, yakjni sejak abad ke-1 Hijriyah, Islam telah masuk ke India yaitu pada saat Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan ekspedisi. Pada 643 M, setelah Khalifah Umar wafat, orang-orang Arab telah menaklukkan Makran di Baluchistan.

Berikutnya, di era Bani Umayyah, seorang panglima perang bernama Muhammad bin Qasim berhasil menguasai Sind, sehingga mulai tahun 871 M orang-orang Arab telah menjadi penduduk tetap di wilayah itu.

Islam telah memberikan kontribusi yang besar bagi sejarah dan perkembangan kebudayaan India. Selain Taj Mahal di Agra yang mendunia, India juga memiliki warisan Islam lainnya seperti Qutub Minar, Masjid Jama’, dan Taman Makam Humayun.

Qutub Minar pernah tercatat sebagai menara masjid paling tinggi di dunia, yakni setinggi 72,5 meter. Menara itu dibangun dengan batu paras merah berukir kaligrafi ayat-ayat Alquran. Di kompleks Qutub Minar ada masjid tertua di India, Quwwatul Islam.

Qutub Minar yang terletak di Delhi, dibangun oleh Qutubuddin Aibak dari Turki, ia sultan Delhi pertama pendiri Dinasti Ghulam (Kesultanan Mamluk). Ia membangunnya pada 1192 setelah mengalahkan kerajaan Hindu terakhir Delhi.

Qutub Minar

Foto: Tim Fuzail.

Jejak Islam berikutnya adalah Masjid Jama’ yang terletak di Old Delhi. Masjid didirikan oleh Kaisar Mughal, Syah Jahan, pada 1656. Pelataran serta bangunan Masjid ini terbuat dari batu paras merah, bahan bangunan yang umum digunakan di masa Kekaisaran Mogul.

Masjid ini mampu menampung 25 ribu jamaah. Secara arsitektur dan keindaahan, Masjid Jama’ sulit ditandingi masjid-masjid lain yang didirikan Dinasti Mughal ketika itu sehingga dijuluki dengan Masjid-i-Jahanuma yang berarti masjid berpanorama dunia.

Selain Taj Mahal, Masjid Jama’ termasuk yang dipuji oleh para ahli sejarah sebagai warisan Dinasti Mughal yang paling berharga.

Masjid Jama’

Foto: Shakeb Tawheed.

Jejak arsitektur Islam yang lain adalah Taman Makam Humayun. Sebuah komplek pemakaman terbesar dan situs ziarah terpopuler di New Delhi. Terletak di tepi sungai Yamuna. Taman ini didominasi batu paras merah.

Seperti halnya Taj Mahal, ‘Taman Makam Humayun’ juga dibangun sebagai tanda cinta. Jika Taj Mahal dibangun oleh suami untuk sang istri, Taman Makam Humayun dibangun oleh istri untuk suaminya. Humayun merupakan Kaisar Mughal kedua yang wafat pada tahun 1556.

Taman Makam Humayun

Foto: Tim Fuzail.

Saat ini, sebagai warga minoritas, Muslim di India tengah menghadapi undang-undang baru tentang kewarganegaraan yang dianggap merugikan. Undang-undang bernama Citizenship Amendment Act (CAA), telah memberikan amnesti kepada para imigran ilegal, namun sayangnya tidak bagi imigran Muslim.

Undang-undang tersebut saat ini telah menciptakan polarisasi yang tajam antara Muslim dan non-Muslim di India, yang berujung pada tindak kekerasan fisik yang mendiskreditkan umat Muslim di India sana.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...