Jangan Marah-marah, Apalagi di Tempat Umum

Baru-baru ini publik dihebohkan dengan video viral soal emak-emak yang memarahi perempuan muda di KRL. Konon, kejadian ini berawal dari marahnya sang emak-emak gara-gara ditegur petugas keamanan soal nasi bungkus yang diletakkannya. Lalu, terjadilah apa yang bisa dilihat di video viral yang diunggah @rinafarzia dalam akun twitternya tersebut.

Melampiaskan amarah atau emosi di tempat umum bukanlah cara yang bijak. Tidak patut untuk ditiru siapa pun. Biasanya, kondisi seperti ini didorong oleh setidaknya tiga kondisi psikologis seperti gangguan kecemasan, kebiasaan buruk dan adanya trauma.

Islam mengajarkan bahwa senjata setan untuk membinasakan manusia salah satunya adalah marah. Ketika marah-marah, setan dapat dengan mudah mengendalikan manusia. Bahkan sebab marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat-kalimat kekafiran seperti menggugat takdir, mencaci maki dan lain sebagainya.

Karena marah pula, orang bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Membanting benda-benda, memukul, menggampar, bahkan sampai melukai. Belum lagi, jika yang dimarahi tidak terima lalu membalas, bisa dibayangkan kerusakan yang bakal terjadi.

Oleh sebab itu, Rasulullah Saw memberikan motivasi agar seseorang tak mudah marah. Beliau bersabda, “Jangan marah, bagimu surga.” (HR. Thabrani).

Berikut cara mengendalikan diri saat kita emosi agar amarah tidak meledak:

Pertama, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dengan membaca ta’awudz

Karena sejatinya sumber amarah adalah setan. “A’udzubillahi minas syaithanir rajiim”.

Diriwayatkan Sulaiman bin Surd r.a., suatu hari aku duduk bersama Nabi Saw, ketika itu ada dua orang saling memaki. Salah satunya merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah Saw bersabda,

“Sungguh aku mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz, marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan membaca ta’awudz membuat kita tidak cepat langsung bereaksi. Sebab bereaksi langsung terhadap pemicu emosi bisa menjadi kesalahan besar. Tarik napas dalam-dalam dan stabilkan emosi.

Kedua, diam dan menjaga lisan

Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah Saw bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).

Biasanya, pada saat kesadaran berkurang dan nurani tertutup oleh nafsu amarah, lisan cenderung sulit untuk dikendalikan. Oleh sebab itu, diam merupakan salah satu cara untuk menjaga lisan.

Ketiga, mengambil posisi lebih rendah

Orang yang sedang marah cenderung dirinya ingin selalu lebih tinggi. Sebab dengan posisi lebih tinggi, ia lebih mudah melampiaskan amarahnya. Kata-kata semisal, saya lebih tua, saya lebih baik, saya lebih kaya, saya lebih ini dan itu, kerap digunakan untuk memposisikan dirinya lebih tinggi.

Selain itu, posisi tubuh juga disarankan lebih rendah. Karena itu, Rasulullah memberi saran, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur,” (HR. Ahmad).

Kenapa demikian? Orang yang berdiri mudah bergerak, sehingga tentu saja lebih leluasa untuk memukul, menendan g dan malakukan aksi tercela lainnnya, sementara orang duduk lebih sulit bergerak, apalagi dengan posisi tertidur.

Keempat, segera berwudhu

Marah berasal dari setan dan setan terbuat dari api. Maka padamkanlah dengan air yang bersifat dingin.

Hadits riwayat Urwah As-Sa’di r.a. mengatakan, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad).

Kelima, tersenyum. Sebab tersenyum bisa menurunkan tensi emosi negatif yang sedang meningkat. Tersenyum pada saat emosi sedang naik-naiknya memang sulit dan terasa janggal, namun demikian otak akan memberikan respons dan menyesuaikannya.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...