Inilah Saatnya Merubah Paradigma Pendidikan di Tengah Pandemi
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti ini justru memunculkan problem yang tidak sedikit
Pandemi Covid-19 yang sekarang sedang melanda dunia, termasuk Indonesia, memang membuat seluruh aktivitas banyak dilakukan dengan cara daring atau online, salah satunya adalah pembelajaran.
Namun, model Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti ini justru memunculkan problem yang tidak sedikit. Salah satunya adalah terjadinya jurang kesenjangan yang sangat tinggi antara anak-anak di kota dan desa.
Baca juga: Dakwah dan Pendidikan Wajib Gunakan Teknologi
Menurut Muhammad Nur Rizal, pemerhati pendidikan, kesenjangan ini mengakibatkan learning poverty yang lebih riskan dialami oleh masyarakat miskin maupun yang tinggal di pulau terluar.
“Selain itu adalah proses pembelajaran tanpa interaksi yang mengakibatkan anak stres dan lelah, serta kemungkinan meningkatnya angka putus sekolah,” ujar Rizal saat talkshow ‘Sekolah Daring Bikin Garing’ di TVRI Yogyakarta, Selasa (9/3).
Permasalahan-permasalahan tersebut, kata Rizal, jika tidak ditangani dengan baik akan berakibat pada kemungkinan terjadinya hilangnya generasi (lost generation).
Ia pun menyarankan kepada kementerian untuk mengubah paradigma pendidikan dari penyeragaman dan kepatuhan kepada konten akademik ke pendidikan yang lebih mengembangkan penalaran kritis dan empati sosial yang tinggi.
“Agar anak menjadi lebih bahagia sekaligus kompetitif di masa depan,” ujar Rizal lebih lanjut.
Menurut lelaki yang juga pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini, proyeksi World Economic Forum (WEF) yang menyatakan bahwa kompetensi yang diperlukan di masa depan sudah jauh berubah dari kompetensi yang dibutuhkan di masa lalu.