Kalender Hijriah sudah memasuki bulan terakhir alias bulan ke-12, yaitu bulan Dzulhijjah. Diperkirakan tanggal 1 Dzulhijjah 1441 H jatuh bertepatan dengan tanggal 22 Juli 2020.
Sejumlah ibadah dilaksanakan di bulan ini, termasuk ibadah haji, salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban. Oleh karena itu, bulan ini juga disebut sebagai bulan haji atau bulan kurban.
Terdapat pula beberapa puasa sunah dan tanggal-tanggal penting pada bulan ini.
Pelaksanaan ibadah haji di bulan Dzulhijjah tahun ini agak berbeda, karena dilakukan dengan sejumlah pembatasan serta penerapan protokol kesehatan lantaran pandemi Covid-19. Jemaah haji dari negara-negara di luar Arab Saudi pun tidak diizinkan. Meski demikian hal ini tidak mengurangi keutamaan bulan Dzulhijjah.
Mengutip Al-Azhar Fatwa Global Center, terdapat setidaknya tiga keutamaan dan keistimewaan bulan Dzulhijjah.
Pertama, bulan ini merupakan bulan ke-12 dalam sistem kalender Hijriah. Bulan yang merupakan salah satu bulan haram, di mana Allah mengharamkan peperangan di bulan tersebut. Di bulan Dzulhijjah pula pelaksanakan kewajiban ibadah Haji dilakukan.
Kedua, Pada bulan Dzulhijjah terdapat hari-hari yang dimuliakan di antara hari-hari lain dalam setahun, yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Dianggap mulia lantaran ibadah-ibadah pokok seperti salat, puasa, sedekah, dan haji bertemu pada bulan ini. Kemuliaan yang tidak terjadi di bulan lain.
Hal tersebut didasarkan pada firman Allah Swt:
وَالْفَجْرِۙ وَلَيَالٍ عَشْرٍۙ
“Demi fajar, demi malam yang sepuluh,” (QS. al-Fajr:1-2).
Menurut tafsir Ibnu Katsir, malam yang sepuluh dimaksud adalah 10 hari pertama di bulan Dzulhijah.
Rasulullah Saw bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ
“Tidak ada hari-hari untuk berbuat amal saleh yang lebih Allah cintai daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.”
Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, sekalipun jihad di jalan Allah?” Nabi menjawab,
وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
“Sekalipun jihad di jalan Allah, kecuali seorang lelaki yang pergi berjihad dengan harta dan jiwanya lalu tidak kembali sedikitpun dari keduanya.” (HR. At-Tirmidzi).
Puasa sunah yang dapat dilakukan di bulan ini adalah pada sembilan hari menjelang Idul Adha 10 Zulhijjah, yaitu puasa sunah Tarwiyah pada 8 Dzulhijah dan puasa Arafah pada 9 Dzulhijah.
Ketiga, hari-hari pada bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang dimaksudkan dalam firman Allah:
لِيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ
“Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. al-Hajj:28).
Hari-hari yang dimaksudkan di dalam ayat tersebut adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Di samping itu, setelah Idul Adha, ada juga yang disebut sebagai Hari Tasyrik yang juga memiliki banyak keutamaan. Di hari Tasyrik tersebut, umat Muslim justru dilarang berpuasa dan dianjurkan untuk bersyukur atas nikmat Allah dengan berkurban serta makan dan minum. Inilah saatnya umat muslim yang berkecukupan berbagi hewan kurban kepada orang-orang yang masih kekurangan.
Di masa pandemi Covid-19, bulan Dzulhijjah dengan ibadah kurban, adalah kesempatan baik baik umat Muslim untuk saling menjaga dan membantu sesama, baik terhadap Muslim yang lain, maupun terhadap non Muslim.