Ini Deretan Kitab Tafsir Alquran Karya Ulama Nusantara

Hingga kini kitab tafsir yang berjilid-jilid itu masih dijadikan rujukan

Ramadhan adalah bulan Alquran. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendalami kitab suci Alquran, khususnya di bulan suci ini.

Tidak hanya dengan tradisi mengkhatamkan bacaan, tapi juga dengan mengkaji, memahami makna dan tafsir ayat-ayat Alquran.

Untuk memahami Alquran secara mendalam atau menjadi seorang mufasir (ahli tafsir) tidak cukup hanya dengan membaca terjemahannya saja. Dibutuhkan berbagai penguasaan ilmu sebagai perangkat untuk memahami Alquran dengan baik dan benar.

Jadi, tidak semua orang bisa melakukannya. Untuk menjadi mufassir, seseorang harus menguasai ilmu-ilmu seperti lughat atau filologi, nahwu (tata bahasa), sharaf (morfologi), isytiqaq (akar kata), ma’ani (struktur kata), balaghah (kesastraan), qiraat (teknik membaca), ushul fiqh (kaidah hukum), asbabun nuzul (latar belakang turunnya ayat), nasikh wal mansukh (proses pembaruan hukum), dan banyak lagi.

Menguasai ilmu-ilmu yang seabrek itu saja belum cukup. Mufasir juga harus mempunyai kriteria khusus yang bersumber dari pengakuan publik bukan pengakuan dirinya sendiri. Seperti, kecerdasan, jalur guru dan pendidikannya (sanad) yang terhubung hingga ke Rasulullah Saw, jujur, berakhlak baik, dan lain sebagainya.

Bukan hal mudah untuk menjadi seorang mufasir. Oleh sebab itu, kiranya kita bisa mendalami Alquran dengan membaca karya-karya para mufasir atau dikenal sebagai kitab tafsir.

Di pondok-pondok pesantren dan majelis ilmu di Indonesia dikenal paling tidak 5 kitab tafsir Alquran karya ulama dunia, khususnya dari Timur Tengah. Tafsir Al-Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurtuby, Tafsir Al-Jalalain, dan Tafsir As-Suyuthi.

Hingga kini kitab tafsir yang berjilid-jilid itu masih dijadikan rujukan dalam mengkaji Alquran di Indonesia.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...