Selain masjidil Haram di Mekah, satu lagi masjid yang paling ingin dikunjungi umat Muslim di seluruh dunia adalah Masjid Nabawi di Madinah.
Masjid yang dibangun oleh Nabi Saw itu mengalami penutupan selama beberapa waktu karena pandemi Covid-19.
Kabar baiknya, masjid tersebut akan dibuka kembali pada 8 Syawal nanti atau bertepatan dengan 31 Mei 2020.
Informasi rencana pembukaan kembali Masjid Nabawi disampaikan oleh pengurus dua masjid (Masjidil Haram dan Nabawi) melalui akun Twitternya @hsharifain. “Gerbang Masjid Nabawi diizinkan dibuka untuk umum dari 8 Syawal 1441,” demikian cuit pengurus masjid tersebut.
BREAKING NEWS | The Gates of Masjid al Nabawi, Madinah have been allowed to open for public entry from 8 Shawwal 1441 pic.twitter.com/ol69UBMGv8
— Haramain Sharifain (@hsharifain) May 26, 2020
Dikutip dari Arab News, berikut ini sejumlah catatan sejarah tentang Masjid Nabawi.
Masjid Kedua yang Dibangun oleh Nabi Saw
Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Nabi Saw setelah Masjid Quba. Posisinya sangat penting karena menjadi pusat dakwah dan syiar Islam dari masa Nabi Saw hingga sekarang.
Masjid dibangun pada tahun pertama Hijrah, saat itu kota Madinah masih bernama Yatsrib. Tanah masjid merupakan milik dua anak yatim, Sahl dan Suhail, dan dulu digunakan sebagai tempat untuk mengeringkan kurma.
Nabi Saw adalah Arsiteknya
Nabi Saw terjun langsung merencanakan struktur masjid yang menempati sebidang tanah seluas 50x 49 meter dan membangunnya menghadap ke Yerusalem, kiblat umat Muslim pada waktu itu.
Beliau ikut menggali pondasi, atapnya menggunakan daun kurma, dan tiang-tiangnya adalah batang pohon kurma.
Nabi membangun masjid ini dengan tiga pintu, salah satunya ada di belakang, yang disebut “Atikah” yang artinya “Pintu Belas Kasihan,” sementara yang lain ada “Pintu Jibril” yang merupakan pintu masuk pilihan Nabi Saw.
Di belakang masjid, ada sebuah kawasan untuk melindungi orang-orang miskin dan orang asing yang dikenal dengan “Al-Saffa”.
Ketika kiblat diubah ke arah menghadap Kabah, Al-Saffa yang awalnya berada di bagian selatan masjid, dipindahkan ke bagian utara. Pintu belakang pun ditutup dan pintu baru dibuka di utara.
Di dalamnya ada Makam Nabi Saw
Selain Masjidil Haram, Masjid Nabawi menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi umat Islam dari seluruh dunia saat melakukan ibadah haji dan umrah. Salah satu daya tarik mengunjungi masjid ini karena di dalamnya ada Makam Nabi Saw dan Raudhah, sebuah tempat yang diyakini mustajab jika doa dilantunkan di dalamnya.
Terus Mengalami Perluasan
Masjid Nabawi sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, terus mengalami perluasan sepanjang sejarahnya.
Dimulai sejak zaman para khalifah, dilanjutkan oleh Bani Umayyah, Abbasiyah, Ottoman, dan, terakhir era Saudi.
Dalam catatan sejarah, Masjid Nabawi merupakan tempat pertama di Semenanjung Arab yang diterangi oleh bola lampu listrik pada tahun 1909 (1327 H).
Masjid ini mengalami perluasan pertama kali pada masa Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 17 H (638 M). Perluasan diperkirakan sekitar 1.100 meter persegi, dengan membangun enam pintu masjid: dua di timur, dua di barat, dan dua di utara. Namun tembok dan tiang-tiang masjid masih menggunakan material sederhana.
Baru pada masa Khalifah Utsman bin Affan, sekitar tahun 29 H (650 M), pembangunan masjid dilakukan lebih modern.
Pada masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul-Malik, tahun 88 H (707 M) ia memerintahkan penguasa Madinah, Omar bin Abdul Aziz untuk memperluas Masjid Nabawi, termasuk memasukkan kamar-kamar istri Nabi Saw menjadi bagian dari masjid.
Perluasan dilakukan, termasuk menjadikan makam Nabi sebagai bagian di dalamnya. Keseluruhan perluasan waktu itu diperkirakan sekitar 2.369 meter persegi. Termasuk membangun mihrab dan empat menara, satu di setiap sudut, serta teras di atap masjid. Setelah itu, tak ada lagi perluasan Masjid kecuali renovasi.
Dua Kali Kebakaran
Kebakaran Masjid Nabawi pertama terjadi pada tahun 654 H (1256 M). Sejumlah khalifah dan pemimpin Muslim bahu membahu memperbaikinya. Yang pertama berkontribusi adalah Khalifah Abbasiyah terakhir, Al-Musta’sim Billah. Ia mengirim bahan bangunan dan pekerja dari Baghdad untuk memperbaiki masjid tersebut pada tahun 655 H (1257 M). Namun setelah itu, Kekhalifahan Abbasiyah berakhir dengan jatuhnya Baghdad ke tangan orang-orang Tatar.
Kebakaran kedua terjadi pada tahun 886 H (1482 M) yang menghancurkan banyak bagian atap masjid. Sultan Qaytbay, penguasa Mesir saat itu mengirim dana, pekerja, dan bahan-bahan untuk perbaikan Masjid. Masjid ditutup pada tahun 888 H (1484 M). Ada sedikit perluasan setelah itu, yakni seluas 120 meter persegi. Perbaikan selesai selesai pada 890 H (1486 M).
Perluasan Terbesar Sepanjang Sejarah dan Pemasangan Payung
Perluasan terbesar sepanjang masa di Masjid Nabi terjadi pada era pemerintahan mendiang Raja Abdullah pada akhir 1433 H atau 2012 M. Pada masa ini pula dipasang payung-payung di pelataran Masjid Nabawi.
Raja Abdullah memerintahkan pemasangan 250 payung pada tiang-tiang di halaman masjid untuk menaungi 143.000 meter persegi pelataran di sekitar masjid yang menampung lebih dari 800 jamaah.
Payung dibuat khusus menggunakan teknologi modern dan beroperasi dengan kemampuan tinggi untuk kenyamanan para jamaah, termasuk pita biru yang terbuat dari bahan khusus yang dapat membuat suhu di bawahnya turun 8 derajat celcius secara otomatis.
Setelah Raja Abdullah meninggal, Raja Salman melanjutkan proyek perluasan dan tugas-tugas lain melayani umat Muslim dari seluruh penjuru dunia.
Di hari-hari ini pasti banyak orang yang merindukan Masjid Nabawi, karena meskipun akan segera kembali dibuka, tapi belum tentu penerbangan ke sana diizinkan dalam waktu dekat. Barangkali, ibadah haji tahun ini pun akan ditunda karena pandemi tak juga mereda.