Ini 3 Kunci Hadapi Era Disrupsi Teknologi dan Informasi
Disrupsi diartikan sebagai perubahan yang mendasar atau fundamental
“Mereka yang disebut buta huruf (illiterate) di abad ke-21 bukanlah orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis, namun mereka yang tidak bisa belajar (learn), menanggalkan pelajaran sebelumnya (un-learn) dan belajar kembali (re-learn),” (Alvin Toffler).
Dalam KBBI disrupsi artinya hal yang tercabut dari akarnya. Dalam bahasa umum disrupsi diartikan sebagai perubahan yang mendasar atau fundamental.
Era disrupsi adalah fenomena di mana masyarakat menggeser aktivitas-aktivitas yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Terjadi banyak disrupsi, salah satunya dalam hal teknologi dan informasi.
Kalau dulu, masalah yang dihadapi banyak oleh adalah kurangnya informasi, tapi sekarang masalahnya terbalik, terlalu banyak informasi membuat mereka kesulitan untuk mempelajarinya.
Di era disrupsi informasi dan teknologi seperti saat ini banyak orang yang justru malah “buta huruf” atau illiterate dalam pengertian Alvin Toffler, karena tidak mampu memproses luapan informasi dengan baik. Banyaknya informasi tidak membuat dia menjadi lebih cerdas, tapi justru sebaliknya.
Nah, bagaimana agar kita bisa menghadapi era ini dengan baik, terutama untuk kepentingan dakwah dan pendidikan?
KH. Wahfiudin Sakam memberikan 3 kunci saat menyampaikan ceramah daring program ‘Madrasah di Rumah’ bertema “Literasi Digital untuk Pendidikan dan Dakwah” yang diselenggarakan Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat, Senin (4/4/2020).