Hikayat Buah Pala

Daging buahnya terbuka dan bijinya terlihat terbungkus oleh fuli berwarna merah

Buah Pala yang dalam bahasa Latin bernama Myristica Fragrans adalah tumbuhan asli Kepulauan Banda, Maluku. Buah dan bijinya telah menjadi komoditi perdagangan penting sejak zaman Romawi.

Buah pala berbentuk lonjong seperti lemon, warnanya kuning, berdaging dan beraroma khas karena mengandung minyak atsiri. Ketika matang, daging buahnya terbuka dan bijinya terlihat terbungkus oleh fuli berwarna merah.

Biji pala mengandung minyak atsiri antara 7-14%. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk roti atau kue, puding, saus, sayuran dan minuman segar. Minyaknya dipakai sebagai campuran parfum atau sabun.

Selama berabad-abad, Kepulauan Banda adalah satu-satunya tempat di dunia yang menghasilkan Pala. Namun, buah ini pulalah yang akhirnya mengundang bangsa penjajah untuk menguasai bumi Nusantara.

Namun sekarang, pala sudah tersebar di berbagai negara yang memiliki iklim tropis seperti Guangdong dan Yunan di Cina, Taiwan, Malaysia, Grenada di Kepulauan Karibia, Kerala di India, Sri Lanka dan Afrika Selatan.

Di Indonesia, selain Maluku pala juga tumbuh di Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Aceh, Jawa Barat dan Papua.

Rempah Langka

Dulu, buah pala adalah rempah-rempah paling langka. Catatan sejarah buah pala begitu panjang dan mengesankan.

Alkisah, menjelang abad ke-6, pala sudah sampai di Byzantium, yang jaraknya sekitar 12 ribu kilometer dari tempat asalnya, Kepulauan Banda.

Pada tahun 1000 M seorang dokter ternama dari Persia, Ibnu Sina atau Avicenna, sudah menulis tentang “jansi ban” atau “kacang dari Banda”.

Para saudagar Arab sudah sangat lama memperdagangkan buah pala, mengirimkannya ke Venesia untuk kemudian disebar dan dihidangkan di meja-meja para bangsawan Eropa.

Baca Lainnya
Komentar
Loading...