Hijrah Tarekat: Hijrah Yang Sebenarnya

Hijrah bukan hanya secara fisik tapi juga dibarengi dengan kesucian hati

Hijrah menurut Gus Iid (Sekjen PP MATAN) adalah semboyan bagi seorang muslim yang menyadari terjadinya perilaku yang kurang atau tidak seharusnya menuju pada kesempuranaan atau mendekati yang sepantasnya.

Trend hijrah kembali populer pada wilayah pengajian, tabligh akbar atau majelis ketika memulai mengaji kitab. Misalnya pada hadis pertama di kitab arba’in al-Nawawiyah, yaitu setiap amal tergantung dari niatnya (HR. Bukhari dan Muslim). Atau boleh jadi digaungkan dalam bentuk sebuah promosi iklan produk. Penilaian pertama mendengar kata “hijrah” pastinya mengandung nilai-nilai positif, dan hampir seluruh kalangan berlomba-lomba untuk mengikuti jejak hijrah.

Jika ditelusuri secara mendalam akan makna hijrah, saat ini fenomena hijrah seakan akan bergeser kepada makna fisik. Padahal sesungguhnya mengandung sebuah pembelajaran rohani. Rasulullah Saw dan sahabat secara fisik hijrah, namun selain hijrah fisik, juga dibarengi dengan kesucian hati.

Hijrah bukanlah sesuatu yang mudah. Sebelumnya mengalami gejolak dari berbagai macam tantangan dan hambatan. Sebagaimana lazimnya hati, sebagaimana dijelaskan secara rinci dalam kitab Ihya Ulumiddin karya Imam al-Ghazali.

Hati diibaratkan sebagai obyek sasaran dari segala arah. Ditegakkan kepadanya suatu cermin yang dihadapkan padanya aneka gambar yang berbeda. Sehingga tampak padanya gambar demi gambar. Tempat masuknya bekas-bekas yang baru ini di dalam hati pada setiap keadaan. Adapun dari zahir, maka panca indera yang lima, dan aspek batin adalah hayalan, nafsu syahwat marah dan akhlak yang tersusun dari tabiat manusia.

Hati senantiasa mengalami perubahan dan bekas-bekas dari sebab goresan-goresan hati yang menggerakkan kemauan. Sesungguhnya niat, cita-cita dan kemauan pasti muncul setelah adanya niat. Maka permulaan perbuatan adalah goresan hati. Kemudian goresan hati menggerakkan keinginan. Keinginan menggerakkan cita-cita dan cita-cita menggerakkan niat dan niat menggerakkan anggota-anggota badan.

Goresan hati yang menggerakkan keinginan itu terdiri dari kebaikan dan kejahatan. Cahaya hati dan kegelapannya mempunyai dua sebab, yaitu sebab goresan mendorong kepada amal saleh dinamakan malaikat. Sedangkan sebab goresan yang mendorong pada keburukan dinamakan syaitan.

Komentar
Loading...