Hewan pun Punya Nabi
Jika umat manusia punya nabi, apakah hewan juga punya nabi?
Jika umat manusia punya nabi, apakah hewan juga punya nabi? Bukankah hewan juga makhluk Allah Swt yang senantiasa diperintahkan bertasbih kepada-Nya.
Seorang ulama ahli fiqih, ilmuwan dan sejarawan, era Spanyol Islam Ibnu Hazm berpendapat bahwa hewan-hewan juga mempunyai nabinya masing-masing. Hanya saja, nabi dimaksud tidak sama dengan nabi umat manusia.
Sebab kenabian hewan tidak memiliki hujjah atau kekuatan legitimasi kecuali dari kaumnya sendiri.
Sementara, nabi dari bangsa manusia dituntut memiliki tanggung jawab yang besar terhadap amanat yang diemban sebagai khalifah bagi bangsanya.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikulah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh.” (QS. al-Ahdzab: 72).
Nabi adalah pemimpin suatu komunitas atau bangsa, maka wajar jika hewan sekalipun mempunyai nabi.
Kenabian di dalam komunitas hewan tentu saja hanya berlaku bagi komunitaas hewan tersebut.
Contohnya lebah, di dalam komunitas lebah ada seekor lebah yang dinamakan ratu. Ialah nabinya, sebagai pemimpin di suatu komunitas lebah. Di komunitas hewan lain seperti burung, domba, semut dan lain-lain juga memiliki pemimpinnya masing-masing yang disebut sebagai nabi.
Ibnu Hazm, sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA. menjelaskan dalam kitabnya, “Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwal wa al-Nahl”, hal-hal yang mendasari kenapa komunitas hewan itu memiliki nabi.
Kitab tersebut menjelaskan dalam satu bab tersendiri tentang binatang termasuk ikan, burung, serangga, bahkan kutu yang juga mempunyai nabi:
Pertama, Ibnu Hazm mendasarkan pendapatnya pada ayat al-Quran:
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan (nadzir),” (QS. Fathir: 24).